Biografi Firman Utina

news-detailsFirman Utina adalah salah satu gelandang serang terbaik Indonesia. Sebagai pemain tengah, pesepakbola kelahiran Manado, 15 Desember 1981 ini dikenal mempunyai akselerasi, visi permainan dan daya jelajah yang tinggi.

Mengawali karir di klub Indonesia Muda, pesepakbola bertinggi badan 165 cm itu kemudian pindah ke klub Bina Taruna. Hanya tiga tahun bersama klub amatir itu, pada musim 1998-1999, ia kemudian direkrut oleh Persma Junior, salah satu tim semi-profesional asal Manado yang saat itu diasuh pelatih Benny Dollo.

Firman kemudian mendapat julukan sebagai 'Anak emas' Bendol. Pasalnya, ketika Bendol pindah dari Persma untuk menukangi Persita Tangerang pada musim 200-2001, Firman pun diboyong. Hal ini berlanjut setelah pelatih asal Manado itu membesut Arema Malang, pada 2005. Bahkan, Firman rela menanggalkan status PNS-nya di Tangerang untuk mengikuti jejak sang mentor.

Namun, pilihannya ternyata tak sia-sia. Di klub berjuluk Singo Edan ini, Firman Utina menggenggam titel pertamanya di kancah sepakbola nasional. Dua tahun berturut-turut, klub kebanggaan warga Malang itu dibawanya menjadi kampiun Copa Indonesia. Firman sendiri terpilih sebagai pemain terbaik musim 2005. Setelah itu, suami dari Marita Yustika ini melanglangbuana ke sejumlah klub lokal. Sempat kembali lagi ke Persita pada musim 2007-2008, Firman tercatat pernah membela Pelita Jaya (2008-2009), Persija Jakarta (2009-2010), Sriwijaya FC (2010-2012), sebelum akhirnya berlabuh di Persib Bandung pada 2012.

Karir Firman Utina di Timnas Indonesia pun terbilang cukup panjang. Setelah memperkuat Timnas Indonesia U-19 di Piala Pelajar Asia U-19 pada 2000, ia pun dipercaya mengenakan seragam timnas senior yang berlaga di ajang Sea Games 2001 dan 2003. Setelahnya, ia berturut-turut mengikuti gelaran Pra-Olimpiade (2003), Piala Tiger (2004 dan 2005), Piala Asia (2007) dan Piala AFF Suzuki (2008 dan 2010).

Firman diangkat menjadi kapten oleh pelatih Alferd Riedl menggantikan posisi Bambang Pamungkas di Piala AFF 2010. Meski Indonesia hanya bisa meraih runner-up karena kalah dari Malaysia, Firman Utina ditahbiskan sebagai pemain terbaik dalam ajang sepakbola se-Asia Tenggara tersebut.

2013, jenderal lapangan tengah Persib itu dipercaya kembali mengenakan seragam kebesaran Merah Putih asuhan Alferd Riedl. Di usianya yang sudah mencapai kepala tiga, Firman ingin memberikan hasil terbaik bagi Timnas Senior. Keterlibatannya tersebut membuat Firman kembali mendapat sebutan "anak emas". Namun hal itu membuatnya kebingungan.

"Saya juga bingung dinilai sebagai anak emas. Padahal saya tidak tahu kelebihan saya apa, hingga jadi anak emas," kata Firman. "Semoga, itu jadi pemicu agar saya tampil baik dan tidak mengecewakan."