Walhi Ungkap 2 Pulau di Sumsel Sudah Lenyap Tenggelam, 4 Lainnya Terancam Menyusul
Nasional

Direktur Eksekutif Walhi Sumsel, Hairul Sobri, mengingatkan bahwa apabila tak ada upaya signifikan dalam mengatasi ketinggian laut yang terus meningkat, maka 4 pulau lainnya juga terancam tenggelam.

WowKeren - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mengungkap bahwa 2 pulau di Sumatera Selatan (Sumsel) telah lenyap. Pulau yang dimaksud adalah Pulau Betet dan Pulau Gundul, yang terletak di Kabupaten Banyuasin, Sumsel.

Lenyapnya kedua pulau tersebut diakibatkan oleh meningkatnya permukaan air laut. "Pulau-pulau ini tidak berpenghuni. Salah satu pulau, Betet, adalah bagian dari Taman Nasional Berbak-Sembilang," jelas Direktur Eksekutif Walhi Sumsel, Hairul Sobri, dilansir detikcom pada Selasa (21/1).

Hairul lantas mengingatkan bahwa apabila tak ada upaya signifikan dalam mengatasi ketinggian laut yang terus meningkat, maka 4 pulau lainnya juga terancam tenggelam. Keempat pulau yang terancam itu disebut Hairul memiliki ketinggian kurang dari 4 meter di atas permukaan laut.

Pulau-pulau yang dimaksud adalah Pulau Burung yang kini ketinggiannya hampir sama dengan permukaan laut, lalu Pulau Kalong dan Pulau Salah Namo yang keduanya hanya memiliki ketinggian 2 meter di atas permukaan laut. Serta Pulau Kramat yang hanya berada 3 meter di atas permukaan laut.

Walhi sendiri mencatat saat ini terdapat 23 pulau kecil yang terletak di lepas pantai timur Banyuasin. Beberapa memang tak berpenghuni, namun beberapa juga memiliki penghuni, termasuk Pulau Salah Namo yang terancam lenyap.


Sementara itu, peningkatan permukaan laut ini didorong oleh perubahan iklim dan pemanasan global. Kondisi ini memang mengancam Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dimana jutaan penduduknya tersebar di kurang lebih 17 ribu pulau.

"Negara tropis seperti Indonesia lebih rentan terhadap efek pemanasan global, terutama di Sumatera Selatan di mana orang banyak bergantung pada batu bara, minyak, dan gas alam, sehingga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca," ungkap Hairul. "Faktor-faktor lain yang menyebabkan tenggelam termasuk ketergantungan pada pupuk kimia di sektor pertanian, yang menyebabkan penurunan tanah dan kerusakan cekungan drainase, serta ekstraksi air tanah yang berlebihan untuk industri."

Di sisi lain, Kepala Unit Lingkungan di Pulau Salah Namo, Syahrul, mengaku bahwa pihaknya sudah tahu ancaman yang dihadapi pulau mereka. Para penghuni Pulau Salah Namo bahkan telah memindahkan rumah mereka puluhan meter dari tempat pertama kali dibangun.

Syahrul pun mengungkapkan bahwa sebagian besar penduduk mendatangi Pulau Salah Namo pada 1970 untuk hidup sebagai nelayan dan menanam padi. Bahkan, terdapat lapangan yang cukup besar sebagai tempat olahraga dan tempat bermain anak pada tahun 1990, namun kini kondisinya telah berubah.

"Tidak ada lapangan di depan rumah kita," pungkas Syahrul. "Banyak orang juga pindah dari sini."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru