Pengamat Ungkap Dampak Ekonomi yang Akan Terjadi Jika PPKM Mikro Gagal Kendalikan COVID-19
Pixabay
Nasional

Ekonom Center of Reform of Economics (CORE), Yusuf Rendi, mengungkapkan sejumlah dampak ekonomi yang dapat terjadi apabila PPKM Mikro yang kini diterapkan pemerintah gagal.

WowKeren - Presiden Joko Widodo telah menyatakan bahwa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro merupakan kebijakan yang tepat untuk diterapkan saat ini, bukannya lockdown. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda lantas menilai bahwa pemerintah menghindari lockdown karena tidak sanggup untuk menanggung biaya hidup masyarakat selama penerapannya.

"Jika pemerintah memilih PPKM Mikro yang ditebalkan, artinya pemerintah bukan menjaga momentum ekonomi tapi ada alasan lainnya. Toh kalau mau menjaga momentum ekonomi ya selesaikan pandemi secara tuntas," ujar Huda kepada detikcom, Kamis (24/6). "Saya pikir alasan biaya lockdown yang tidak disanggupi oleh pemerintah."

Huda menuturkan bahwa ekonomi akan semakin jeblok kala terjadi lonjakan COVID-19 seperti sekarang. Apabila hal ini terus terjadi, maka target pertumbuhan ekonomi 7 persen yang dipatok Jokowi dinilai hanya akan menjadi mimpi.

Lebih lanjut, Huda juga menilai bahwa efek gagalnya PPKM Mikro dalam mengatasi pandemi akan jauh lebih besar dan berkepanjangan dibanding lockdown. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal diprediksinya masih akan terus berlanjut.


"Penyebab utama dari PHK ya pemerintah tidak dapat menangani pandemi dengan benar. Pandemi tinggi masih buka wisata lah, ada kerja dari Bali lah, jadi kayak semacam mengkambinghitamkan PSBB," jelasnya. "Mau PPKM Mikro pun juga banyak usaha yang tutup, ancaman PHK juga masih terjadi. Coba kalo di awal lockdown total. Industri masih bisa bertahan sekarang, badai PHK enggak terjadi."

Sementara itu, ekonom Center of Reform of Economics (CORE), Yusuf Rendi, mengungkapkan sejumlah dampak ekonomi yang dapat terjadi apabila PPKM Mikro yang kini diterapkan pemerintah gagal. Yang pertama, proses pemulihan ekonomi berpotensi terganggu.

"Akibatnya beberapa indikator utama perekonomian seperti misalnya PMI, Indeks Kepercayaan Konsumen, dan Indeks Penjualan Riil berpeluang akan kembali melambat atau bahkan lebih buruk kembali ke level kontraksi," papar Yusuf.

Kemudian, kenaikan kasus COVID-19 akan meningkatkan persepsi risiko. Hal ini dapat menimbulkan sejumlah efek di pasar keuangan seperti keluarnya arus modal asing.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait