'Diburu' di RI, Peneliti AS Ungkap Antibodi Vaksin Pfizer Hilang Dalam 7 Bulan
Dunia

Peneliti dari Stanford dan Emory University menemukan bahwa antibodi penetralisir COVID-19 yang dihasilkan vaksin Pfizer-BioNTech tak lagi terdeteksi 7 bulan setelah vaksinasi dosis pertama.

WowKeren - Pakar kesehatan di berbagai wilayah mengingatkan bahwa semua vaksin COVID-19 menunjukkan efektivitas yang baik, terlepas dari apapun mereknya. Namun memang ada beberapa merek vaksin yang menurut masyarakat lebih baik, termasuk Pfizer yang mengembangkan produknya bersama BioNTech.

Namun tak disangka, hasil studi oleh peneliti Stanford University dan Emory University mengungkap bahwa efek antibodi vaksin ini hanya bertahan untuk beberapa bulan. Lebih tepatnya, efek antibodi penetralisir COVID-19 ini hanya bertahan selama 7 bulan sejak penyuntikan dosis pertama.

"Hasil studi kami menunjukkan vaksinasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech menginduksi antibodi penetralisir COVID-19 dalam kadar yang tinggi," tutur peneliti Bali Pulendran dari Stanford University dan Mehul Suthar dari Emory University melalui surel, dikutip dari Reuters pada Sabtu (2/10). "Namun kadar ini akan berkurang sampai hampir 10 kali lipat setelah 7 bulan."

Peneliti mengamati fenomena ini melalui sampel darah di 46 orang penerima vaksin Pfizer-BioNTech yang sehat, terutama untuk mereka yang masih muda dan paruh baya. Sampel darah mereka diambil tepat setelah menerima suntikan dosis kedua, dan kemudian diambil lagi 6 bulan setelahnya.


Secara garis besar, setengah dari sampel yang diamati menunjukkan antibodi penetralisir COVID-19, terutama untuk varian Delta, Beta, dan Mu sudah tak lagi bisa dijumpai dalam 6 bulan setelah vaksinasi. Hasil ini kemudian dilaporkan pada Kamis (30/9) melalui jurnal ilmiah bioRxiv yang sedang ditinjau rekan sejawat (peer review).

Namun sebenarnya, apa signifikansi dari penemuan ini? Untuk gambaran, vaksin bisa memicu terproduksinya antibodi yang bisa seketika menetralisir varian virus Corona yang meresahkan.

Kendati demikian, antibodi ini bukan satu-satunya perlawanan utama sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi virus Corona. "(Hanya saja) antibodi ini tetap sangat penting untuk melindungi dari infeksi SARS-CoV-2," tegas Pulendran dan Suthar.

Karena itulah, Pulendran dan Suthar mendorong agar masyarakat penerima vaksin Pfizer-BioNTech tetap menerima dosis ketiga alias booster. "Temuan ini sebagai dasar untuk menyarankan vaksinasi dosis booster sekitar 7 bulan setelah vaksinasi dosis pertama, demi meningkatkan proteksi melawan SARS-CoV-2 dan variannya," pungkas kedua peneliti tersebut.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru