Anjloknya Kasus COVID-19 Jepang Justru Picu Kebingungan Para Ahli
Dunia

Pada Senin (4/10), Tokyo mencatat 87 kasus COVID-19 harian. Ini merupakan pertama kalinya jumlah kasus COVID-19 harian Tokyo berada di bawah 100 sejak 2 November 2020 lalu.

WowKeren - Meski sempat mengalami peningkatan, kasus virus corona (COVID-19) di Jepang kini telah anjlok ke level terendah dalam hampir satu tahun. Namun hal ini justru membuat bingung para ahli kesehatan dan meningkatkan kekhawatiran akan potensi lonjakan kasus di musim dingin.

Pada Senin (4/10), Tokyo mencatat 87 kasus COVID-19 harian. Ini merupakan pertama kalinya jumlah kasus COVID-19 harian Tokyo berada di bawah 100 sejak 2 November 2020 lalu. Tokyo sendiri sempat mencatatkan rekor lebih dari 5.000 kasus COVID-19 harian pada Agustus 2021 lalu.

Diketahui, Jepang telah membuat kemajuan pesat dalam kampanye vaksinasi COVID-19. Selain itu, pembatasan jarak darurat selama hampir enam bulan juga kemungkinan telah membantu membendung penyebaran virus.

Kini, para ahli justru dibuat bingung dengan kecepatan surutnya gelombang infeksi dan rawat inap yang dipicu oleh Varian Delta. Hiroshi Nishiura dari Universitas Kyoto adalah salah satu ahli yang percaya bahwa lonjakan kasus di musim panas dan penurunannya disebabkan oleh tren aktivitas manusia. Menurutnya, infektivitas, yang diukur dengan angka reproduksi efektif, berkorelasi dengan liburan.


"Selama liburan, kami bertemu orang-orang yang jarang kami temui, dan terlebih lagi, ada peluang besar untuk makan bersama di lingkungan tatap muka," tutur Nishiura kepada Reuters, dikutip Selasa (5/10).

Hal ini juga dapat dilihat dari peningkatan kasus COVID-19 di Korea Selatan dan Singapura baru-baru ini yang kemungkinan berkaitan dengan sejumlah liburan pertengahan tahun. Oleh sebab itu, Nishiura menilai konvergensi liburan Asia dan Negara Barat pada akhir tahun dapat menyebabkan "mimpi buruk".

Di sisi lain, sejumlah ahli memiliki pendapat berbeda dan mengatakan bahwa tren infeksi tidak ada hubungannya dengan perjalanan manusia. Mereka menilai hal ini lebih berkaitan dengan tren musiman yang teratur.

Ahli penyakit menular yang berbasis di Kanada, Jason Tetro, mengungkapkan ada teori yang mengatakan bahwa COVID-19 dan variannya cenderung bergerak dalam siklus dua bulan. Namun, Tetro menyebut siklus itu, "lebih merupakan faktor sifat manusia daripada faktor sifat alam."

Sementara Kenji Shibuya yang merupakan mantan Direktur Institute for Population Health di King's College, London, meragukan "arus manusia" telah mendorong penyebaran virus. "Ini terutama didorong oleh musim, diikuti oleh vaksinasi dan mungkin beberapa karakteristik virus yang tidak kita ketahui," pungkasnya.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait