Studi Ungkap Pasien Corona Dalam Keadaan Sadar Lebih Baik Tak Tengkurap, Ini Dampak Buruknya!
AFP/Adek Berry
Dunia

Berdasarkan hasil uji klinis yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine pada Senin (18/4) sore, pasien COVID-19 dalam keadaan sadar (dibandingkan pasien dengan ventilator yang tetap dibius) tidak mendapat manfaat dari berbaring tengkurap.

WowKeren - Membaringkan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dalam posisi tengkurap sangat membantu jika mereka menggunakan ventilator mekanis. Namun studi baru menunjukkan posisi tengkurap bukan ide yang baik untuk pasien yang tidak diintubasi.

Berdasarkan hasil uji klinis yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine pada Senin (18/4) sore, pasien COVID-19 dalam keadaan sadar (dibandingkan pasien dengan ventilator yang tetap dibius) tidak mendapat manfaat dari berbaring tengkurap sambil berjuang untuk bernapas. Menurut pemimpin peneliti, Dr Todd Rice, pasien COVID-19 yang terjaga yang diminta untuk tengkurap justru mendapat efek jangka pendek yang agak lebih buruk dibanding mereka yang telentang.

Rice mengungkapkan bahwa pasien COVID-19 yang tengkurap memiliki tingkat oksigen darah lebih rendah dan cenderung tetap dalam kondisi sakit. Setelah lima hari proning, lebih sedikit dari mereka yang dipulangkan ke rumah dan lebih banyak yang menggunakan ventilator mekanik dibanding kelompok yang tidak tengkurap.

Sebagai informasi, proning adalah proses membalikkan pasien ke posisi tidur tengkurap yang dapat dilakukan pasien saat mengalami gangguan pernapasan. Ini merupakan strategi untuk meningkatkan kadar oksigen pada pasien berventilasi yang telah dipraktekkan selama beberapa dekade di Amerika Serikat.

Di awal pandemi, para dokter yang putus asa sempat meminta para pasien COVID-19 dalam keadaan sadar untuk melakukan proning. Hal ini diharapkan dapat menjaga kadar oksigen pasien cukup tinggi sehingga mereka tidak perlu menggunakan ventilator.


Rice dan rekan-rekannya merekrut sekitar 500 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit untuk menguji apakah proning benar-benar akan membantu mereka. Kira-kira setengah pasien yang dipilih secara acak diminta untuk berbaring tengkurap selama yang mereka bisa setiap hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari kelima, pasien yang tengkurap lebih mungkin menjadi lebih buruk daripada pasien yang dibiarkan telentang. "Mereka terlihat sedikit lebih buruk setiap hari daripada kelompok terlentang, menunjukkan bahwa itu adalah proses yang memburuk secara perlahan dan bukan proses akut di mana seseorang berbalik dan tiba-tiba mereka jatuh sakit," kata Rice.

Setelah 28 hari, kedua kelompok tidak memiliki perbedaan dalam hal kematian, perkembangan mereka ke ventilasi mekanis, atau lama tinggal di rumah sakit. Rice menilai ada beberapa kemungkinan penjelasan mengapa pasien yang terjaga mungkin tidak memberi respon baik terhadap proning.

Pertama, orang yang terjaga tidak dapat berbaring tengkurap dengan nyaman selama pasien yang tidak sadarkan diri dengan ventilasi. Dengan demikian, mereka yang terjaga mungkin tidak dapat tetap tengkurap cukup lama untuk mendapatkan manfaat dari posisi tersebut.

Ada juga kemungkinan bahwa proning benar-benar membantu menyebarkan virus atau peradangan ke bagian paru-paru yang masih sehat, kata Rice. "Berlawan dengan ketika Anda menggunakan ventilator dan semua paru-paru Anda sudah terlibat," ujarnya.

Oleh sebab itu, ia mengatakan dokter yang merawat pasien COVID-19 mungkin ingin memikirkan kembali jika hendak meminta mereka yang tidak memakai ventilator untuk berbaring tengkurap.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru