Diduga Menjadi ‘Otak’ Pembunuhan Pekerja Trans Papua, Ini Sosok Egianus Kogoya
Instagram
Nasional

Diduga sebagai otak dibalik penyerangan puluhan pekerja Trans Papua, Egianus Kogoya memang sudah memiliki catatan rapor merah dari aparat kepolisian.

WowKeren - Insiden penembakan puluhan pekerja proyek jembatan Trans Papua membuat geger. Penyerangan pekerja proyek jembatan dibawah naungan PT. Istaka Karya itu hingga kini masih menjadi PR aparat kepolisian. Diduga, pembunuhan tersebut dilakukan oleh kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya.

Egianus Kogoya sendiri ternyata sudah lama memiliki catatan merah dari pihak kepolisian dan aparat TNI. Insiden penembakan tersebut disebut-sebut bukan yang pertama kalinya.

Sekitar Juni 2018 lalu, terjadi baku tembak di Bandara Kenyam, Kabupaten Nduga yang menewaskan tiga warga sipil. Aksi penembakan tersebut kabarnya juga dipimpin oleh kelompok Egianus yang menyebabkan satu pilot Trigana Air terluka.

Pesawat Trigana Air kala itu memang disewa untuk mengangkut anggota Brimob yang akan bertugas mengamankan jalannya pilkada di Kabupaten Nduga. Kelompok Egianus menembaki pesawat sesaat setelah mendarat di Bandara Kenyam.

Selanjutnya, pada Oktober lalu, Egianus juga terlibat aksi penyekapan terhadap belasan guru dan tenaga medis di Kabupaten Nduga. Aksi ini diduga lantaran mereka curiga akan kehadiran guru dan tenaga medis di wilayah tersebut merupakan upaya penyamaran anggota aparat kemanan. Para sandera yang merupakan guru SD YPGRI 1, SMPN 1, serta tenaga medis puskesmas disekap selama 14 hari.


Sementara itu, sehari setelah melancarkan aksi penembakan terhadap pekerja projek jembatan Trans Papua Minggu (2/12) lalu, kelompok ini juga sempat menyerang pos TNI yang berlokasi di Mbua, Kabupaten Nduga. Aksi ini mengakibatkan tewasnya satu anggota TNI.

Kelompok Egianus dikenal lebih militan. Selain itu, mayoritas anggotanya juga masih berusia muda. Menurut Sidney Jones, seorang pengamat Terorisme, Egianus merupakan pecahan dari komandan militer Organisasi Papua Merdeka, Kelly Kwalik, yang tewas 2009 lalu saat penyergapan polisi.

“Biasanya OPM ini terdiri dari faksi-faksi. Di Nduga, satu faksi yang berkuasa dan sempalan dari Kelly Kwalik yang dulu bergerak di Timika,” jelas Sidney dilansir BBC pada Kamis (6/12). “Tapi orang-orang ini muda dan lebih militan.”

Hingga saat ini, aparat kepolisian masih akan terus memburu kelompok bersenjata tersebut dengan tetap mematuhi hukum yang berlaku. Mereka tidak akan melakukan tindakan yang membabi buta.

“Saya pastikan kita tidak akan melakukan tindakan yang memabi buta dengan membumihanguskan kampung di sana,” ujar Aidi selaku Kepala Penerangan Daerah Militer XVII/Cendrawasih belum lama ini. “Yang kami serang adalah kombatan dan mereka itu diidentifikasi dengan membawa senjata.”

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru