Mirip di Palu, BMKG Ungkap Kronologi Tsunami di Kawasan Selat Sunda
Instagram/sutopopurwo
Nasional

BMKG juga menganjurkan agar masyarakat menjauhi wilayah pantai Selat Sunda untuk saat ini.

WowKeren - Peristiwa tsunami kembali terjadi di kawasan Selat Sunda yang melanda Banten, Serang, Lampung Selatan dan sekitarnya. Bencana tsunami ini terjadi pada Sabtu (22/12) malam dan menyebabkan korban jiwa serta luka-luka.

Berdasarkan laporan terbaru pada Minggu (23/12) siang, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan saat ini korban jiwa sudah mencapai 168 orang, sementara 745 orang lainnya mengalami luka karena bencana tersebut.

BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) telah mengungkapkan kronologi terjadinya bencana tsunami di Selat Sunda. Kepala BMKG Dwikorita Kurnawati mengungkapkan pihaknya sempat mengumumkan erupsi Anak Gunung Krakatau pada Jumat (21/12) dengan level waspada.

"Kemarin pukul 13.51 WIB pada tanggal 21 Desember Badan Geologi telah mengumumkan erupsi gunung anak Krakatau dan levelnya pada level Waspada," ujar Dwikorita Kurnawati di Kantor BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018). "Diperkirakan (gelombang tinggi terjadi) kemarin tanggal 21 hingga nanti 25 Desember 2012. Ini peristiwa beda tapi terjadi pada lokasi yang sama. Yang pertama erupsi Gunung Krakatau dan potensi gelombang tinggi."

Saat itu tim BMKG berusaha melakukan uji coba instrumen di Selat Sunda, namun karena terverifikasi cuaca buruk mereka memutuskan untuk kembali ke darat. "Di situ memang terverifikasi bahwa terjadi hujan lebat dengan gelombang dan angin kencang, karena itu tim kami segera kembali ke darat," tuturnya.


Kemudian pada Sabtu (22/12) BMKG pada pukul 21.03 WIB kembali mendeteksi adanya erupsi Anak Gunung Krakatau. Menurut tidegauge (pengamatan sementara) Badan Informasi Geospasial, juga terdeteksi adanya kenaikan gelombang air laut.

BMKG berusaha menganalisis apakah kenaikan air pasang tersebut dipengaruhi oleh fenomena atmosfir dan bulan purnama. Setelah dianalisa lebih lanjut, BMKG kemudian memastikan bahwa kenaikan gelombang air laut tersebut merupakan tsunami. Dwikorita juga mengungkapkan tipe gelombang tsunami di Selat Sunda mirip dengan gelombang tsunami di Palu.

"Tanggal 22 Desember pukul 21.03 WIB menit, Badan Geoglogi mengumumkan terjadi erupsi lagi Gunung Anak Krakatau. Kemudian pukul 21.27 WIB tidegauge (pengamatan sementara) Badan Informasi Geospasial yang terekam oleh BMKG menunjukkan adanya tiba-tiba ada kenaikan muka air pantai," ungkap Dwikorita. "Jadi ada kenaikan air, dan kami analisis kami merekam waktu untuk menganalisis, apakah kenaikan air itu air pasang akibat fenomena atmosfer, ada gelombang tinggi kemudian bulan purnama, jadi saat ini itu memang pada fase seperti itu. Namun setelah kami analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami, jadi tipe polanya sangat mirip gelombang tsunami yang terjadi di Palu."

Berdasarkan pengamatan BMKG, tsunami di Selat Sunda diduga terjadi karena longsor bawah laut akibat erupsi Anak Gunung Krakatau. Selain memastikan tak ada gempa sebagai pemicu tsunami, BMKG juga masih melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pasti penyebab peristiwa ini. Selain itu BMKG juga menganjurkan kepada masyarakat agar menjauhi daerah pantai Selat Sunda untuk saat ini.

"Besok pagi kami berupaya mengumpulkan data lagi apakah benar itu karena longsor tebing dan tsunami yang terdeteksi cukup jauh sampai ke Bandar Lampung kemudian Cilegon di Banten, Serang," tuturnya. "Jadi artinya energinya cukup tinggi sehingga yang penting bagi masyarakat diharapkan tetap tenang. Tapi mohon jangan berada di pantai yang pantai Selat Sunda."

(wk/rays)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait