MUI, NU, dan Muhammadiyah Bertolak ke Xinjiang Pastikan Kondisi Muslim Uighur
Nasional

Indonesia harus datang sendiri dan menyaksikan apa yang terjadi pada Muslim Uighur sebelum mengambil sikap.

WowKeren - Masalah kekerasan yang menimpa kaum Muslim Uighur di Xinjiang, Tiongkok cukup menyita perhatian Indonesia. Konflik yang terjadi di Xinjiang tersebut telah ramai menjadi perbincangan di seluruh dunia.

Untuk memastikan apa yang terjadi disana, Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama dengan perwakilan dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah bertolak ke Xinjiang. Sebab, saat ini Indonesia masih belum mengeluarkan sikap terkait isu tersebut lantaran belum mengetahui secara pasti duduk permasalahan konflik tersebut.

Ketua Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Internasional MUI, Muhidin Junaidi, mengatakan bahwa Indonesia tidak boleh gegabah menyikapi hal tersebut. Meski seantero jagad memberitakan konflik kekerasan di Xinjiang, namun penting untuk mengetahui kebenarannya terlebih dahulu.

"Jangan terlalu cepat memvonis, gegabah," kata Muhidin di Wisma KBRI Tiongkok, Beijing, Rabu (20/2). "Kami harus tabayyun, periksa dulu sebelum kita keluarkan sikap final. Maka kami harus meyakinkan itu di Xinjiang."

Kunjungan rombongan tersebut juga untuk memastikan bahwa para etnis muslim Uighur dalam kondisi baik-baik saja. Muhidin tidak ingin Indonesia turut menjadi satu dari sekian banyak yang menggembar-gemborkan masalah Xinjiang tanpa berbuat apa-apa.


"Memastikan bahwa saudara kami aman," imbuh Muhidin. "Indonesia harus jadi pelopor bukan kompor."

Dikatakan Muhidin, pihaknya akan melakukan dialog dengan pihak Xinjiang untuk memperoleh kesepakatan. Sebab meskipun ada indikasi kelompok ekstremis di wilayah tersebut, namun tidak bisa dipukul rata seperti itu. Dari situ ia berharap akan ada kesepakatan dengan pemerintah Tiongkok.

"Ada baiknya kita dialog hingga mendapat kesepakatan. Maka kami ingin make sure berita burung yang tersebar di dunia maya bahwa telah terjadi persekusi terhadap ulama, pembunuhan di Xinjiang, penghancuran masjid," terang Muhidin. "Sehingga menimbulkan kekecewaan di kalangan umat Islam Indonesia. Mudah-mudahan ada semacam kesepahaman."

Muhidin mengaku bahwa Indonesia memiliki kewajiban moral untuk ikut membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di sana. Hal ini agar hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tiongkok tetap berjalan dengan baik. "Kewajiban kita adalah menjaga dan merawat hubungan."

Sebelumnya, duta besar Djauhari Oratmangun pernah berkunjung ke Xinjiang untuk melihat secara langsung aktivitas etnis Uighur. Ia menegaskan bahwa hubungan kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok masih berjalan baik.

"Saya sudah ke Xinjiang bulan Desember lalu," kata Djauhari di Wisma KBRI di Beijing, Rabu (20/2). "Dan mungkin ibu, bapak akan saksikan sendiri di sana, datang dan melihat, istilah saya believe is seeing, bukan seeing is believing."

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait