Cacar Monyet Muncul di Singapura, Kemenkes Pastikan Virus Monkeypox Tak Sampai ke Indonesia
Nasional

Virus cacar monyet ditularkan oleh manusia melalui kontak dengan monyet, tikus Gambia, maupun tupai melalui darah, cairan tubuh, mukosa, dan lesi pada kulit.

WowKeren - Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan bahwa hingga saat ini virus monkeypox atau cacar monyet belum ditemukan di Indonesia. Monkeypox merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui binatang. Virus ini pertama kali ditemukan menginfeksi seorang warga negara asal Nigeria di Singapura.

Dirjen P2P Kemenkes Anung Sugihantono mengatakan bahwa virus ini bisa menular melalui kontak dengan monyet maupun tupai. Selain itu, mengkonsumsi daging yang telah terkontaminasi virus ini juga bisa terkena risiko monkeypox.

"Penularan pada manusia terjadi karena kontak dengan monyet," kata Anung di Jakarta, Minggu (12/5). "Tikus Gambia dan tupai, atau mengkonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi."

Adapun penularan tersebut terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh maupun mukosa dari binatang yang tertular virus. Inang utama dari virus ini adalah tikus. Sedangkan penularan dari manusia ke manusia sangat jarang terjadi. "Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang," lanjut Anung.


Anung menjelaskan bahwa masa inkubasi monkeypox ini berlangsung selama 6-16 hari atau 5-21 hari. Beberapa gejala yang timbul antara lain demam, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening, dan nyeri otot. Mulanya, akan muncul ruam pada wajah kemudian ruam ini menyebar ke seluruh tubuh.

Ruam ini kemudian berkembang menjadi bintik keras berisi cairan nanah. Biasanya, ruam ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu tiga minggu. "Biasanya diperlukan waktu hingga tiga minggu sampai ruam tersebut menghilang," lanjut Anung.

Oleh sebab itu, cacar monyet biasanya bisa sembuh dengan sendirinya selama 2-3 minggu. Kasus yang parah pada umumnya sering terjadi pada anak-anak. Sebab, pasien usia muda lebih rentan terkena virus ini. "Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit monkeypox," jelas Anung.

Untuk mengetahui apakah seseorang terjangkit virus ini maka harus dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ia menuturkan bahwa penyakit ini juga tidak memiliki pengobatan khusus. "Pengobatan simptomatik dan supportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul," lanjutnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait