Peneliti Tidak Yakin Pemerintah Siap Pulangkan Anak WNI Eks ISIS
BULENT KILIC/Getty Images
Nasional

Rencana Pemerintah Indonesia untuk memulangkan anak-anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang sempat bergabung dengan ISIS dinilai masih belum siap. Kenapa?

WowKeren - Wacana pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) yang sempat bergabung dengan organisasi terorisme Internasional, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sempat menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Meski demikian, Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk tidak memulangkan WNI eks ISIS.

Disisi lain, pemerintah hanya akan memulangkan anak-anak WNI eks ISIS yang masih terjebak di Suriah saat ini. Namun, rencana tersebut rupanya juga masih menjadi sorotan sejumlah pihak.

Peneliti The Habibie Center, Nurina Vidya Hutagalung menilai jika Pemerintah Indonesia masih belum siap untuk memulangkan anak-anak WNI eks ISIS. Menurutnya, rencana pemerintah tersebut justru terkesan terburu-buru.

Nurina mencontohkan jika pemerintah masih belum memperhatikan betul terkait persiapan dan tahapan rehabilitasi untuk anak-anak WNI eks ISIS yang akan dipulangkan. "Perlu tahapan identifikasi dan klasifikasi, tujuannya untuk memudahkan rehabilitasi, karena berbeda anak akan beda pula penanganannya," kata Nurina usai acara Talking ASEAN di gedung The Habibie Center, Rabu (26/2).


Tidak sampai disitu, Nurina juga mengatakan jika pemerintah masih perlu melakukan sejumlah evaluasi guna mengetahui kadar paham terorisme anak-anak tersebut. Selain itu, proses persiapan yang harus dilakukan pemerintah tidak hanya berhenti pada proses rehabilitasi saja.

Nurina mempertanyakan nasib anak-anak tersebut apakah akan begitu saja dilepas ke tengah-tengah masyarakat atau tidak. "Setelah rehab nanti, mereka tidak bisa dilepas ke masyarakat begitu saja, mereka kan sudah jadi yatim piatu, nah selanjutnya bagaimana? upaya pemerintah apa?" tanya Nurina.

Nurina juga menyarankan agar Pemerintah Indonesia melakukan pengecekan ulang terhadap Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani yang biasa digunakan untuk rehabilitasi anak terpapar radikalisme. Ia mengingatkan perlunya pemerintah menambah tenaga ahli untuk panti serta psikolog demi membantu proses penyembuhan trauma anak-anak tersebut.

"Kita tidak tahu apa saja yang sudah dilakukan anak-anak itu. Apa saja yang sudah mereka lihat selama di Suriah," terang Nurina. "Yang juga kita perlu perhatikan adalah bagaimana pengobatannya, trauma healing (proses penyembuhan trauma), jelas ini juga butuh waktu lebih lama."

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait