Pandemi Corona Buat Siswa PAUD Kesulitan Bayar SPP, Bagaimana Nasib Guru?
Nasional

Pandemi virus corona (COVID-19) telah membuat banyak orangtua siswa PAUD cukup kesulitan untuk membayar SPP sang anak, lantas bagaimana nasib para guru saat ini?

WowKeren - Pandemi virus corona (COVID-19) tidak hanya mengancam nyawa, namun juga perekonomian masyarakat. Salah satu sektor yang cukup terdampak akibat pandemi ini adalah dunia pendidikan.

Terlebih, Pemerintah Indonesia telah meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah demi memutus rantai penyebaran COVID-19. Hal ini tentunya cukup menyulitkan perekonomian sejumlah guru-guru di Indonesia.

Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) SPS Ciakong, Bandar Lampung yang bernama Eroh misalnya mengaku tidak bisa membayar guru-guru di tempatnya. Pasalnya, PAUD SPS Ciakong telah diliburkan sejak 17 Maret lalu atas pemerintah daerah di masa pandemi.

Akibatnya, guru-guru di SPS Ciakong sudah tidak memiliki penghasilan selama tiga pekan terakhir. Pembayaran SPP di sekolahnya selama ini selalu dilakukan per hari. Maka dengan diliburkannya PAUD, orangtua siswa tidak membayar SPP.

”Kalau sekolah (membayar) SPP tiap hari,” ujar Eroh seperti dilansir dari CNNIndonesia, Selasa (7/4). “Jadi kalau masuk sekolah bayar, kalau enggak sekolah ya enggak bayar.”

Jumlah SPP yang dibayarkan murid per hari sebesar Rp3 ribu per anak. Dari pemasukan tersebut sebagian diberikan untuk honor guru yang bervariasi mulai Rp200 ribu sampai Rp300 ribu per bulan.

Eroh sendiri tidak dapat menyalahkan orangtua siswa soal SPP yang tidak dibayar. Terlebih, banyak orangtua siswa yang hanya bekerja sebagai buruh harian sehingga penghasilan mereka sama sekali tidak menentu.

Hal tersebut diperparah dengan adanya pandemi virus corona hingga kebijakan pembatasan sosial. Eroh juga telah mengatakan kepada guru-guru yang mengajar jika dirinya tidak sanggup memberikan gaji selama sekolah diliburkan.


Suami Eroh yang juga berprofesi sebagai guru juga tidak mengajar dan memiliki penghasilan. Beruntung, para guru mengerti dan ikhlas untuk sementara tidak digaji.

"Kata gurunya, 'Ya sudah bu kalau memang libur, guru juga enggak usah gajian’, kata Eroh menirukan perbincangan dengan empat guru di sekolahnya. “’Ibu mau gaji juga dari mana, sekolahnya libur'.”

Situasi serupa juga terjadi di Kalimantan Utara. PAUD Nurul Jadid di Tana Tidung juga berinisiatif untuk meniadakan bayaran SPP untuk bulan April. Tri Lestari yang menjadi seorang guru disana mengatakan jika kebanyakan orangtua murid juga mendapatkan penghasilan tidak menentu.

"Ada pandemi seperti saat ini kami ngobrol sama kepala sekolah gimana ini ya,” ungkap Tri Lestari. “Karena di tempat kami (murid dari keluarga tingkat ekonomi) menengah ke bawah. Kami pikir ekonomi orang tuanya juga gonjang ganjing.”

Kebanyakan orangtua di sekolahnya berprofesi sebagai nelayan, pedagang kecil sampai tukang sapu. Dari 52 siswa di PAUD Nurul Jadid, tak semuanya membayar penuh SPP yang dipatok Rp100 ribu per bulan. Sementara honor yang diberikan guru sebesar Rp300 ribu hingga Rp500 ribu per bulan.

Ketua Himpunan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) Netti Herawati mengatakan perkara orang tua tak bisa bayar SPP cukup banyak didapati di tengah wabah corona. Apalagi, pembelajaran jarak jauh juga tidak bisa dilakukan di PAUD.

"Alasan pertama para orang tua memang kesulitan ekonomi juga,” jelas Netti. “Alasan kedua mereka ada yang beranggapan kan pembelajaran tidak dijalankan.”

Oleh sebab itu, Netti mendorong pemerintah untuk segera memberikan bantuan kepada para guru yang tidak berpenghasilan. Misalnya dengan mengizinkan penggunaan dana Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) PAUD untuk honor guru.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru