Ini Dugaan Penyebab Kasus Corona Di RI Pecahkan Rekor Tertinggi Versi Pemerintah Dan Pengamat
Reuters/Syaiful Arif
Nasional

Penambahan kasus virus corona di Indonesia kembali mencatatkan rekor tertinggi pada Kamis (2/7), ini perbedaan penyebab lonjakan pasien COVID-19 versi pemerintah dan pengamat.

WowKeren - Penyebaran virus corona (COVID-19) di Indonesia masih mencatatkan kasus yang cukup tinggi setiap harinya. Bahkan, penambahan kasus virus corona dalam sehari di Indonesia kembali memecahkan rekor pada Kamis (2/7) kemarin.

Berdasarkan data dari covid19.go.id, Indonesia telah mencatat tambahan 1.624 pasien COVID-19 dalam sehari. Total ada 59.394 kasus virus corona yang tersebar di sejumlah wilayah Tanah Air. Sebanyak 26.667 pasien dinyatakan sembuh sedangkan 2.987 orang telah meninggal dunia.

Penambahan pasien yang mencapai 1.624 orang dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak Indonesia mencatatkan kasus perdana pada awal Maret lalu. Hal ini membuat kurva kasus corona Indonesia masih jauh dari kata melandai dan terlihat masih melengkung ke atas.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto lantas menjelaskan penyebab lonjakan kasus virus corona. Menurutnya, hasil tracing dan proses testing yang agresif menjadi penyebab utama kasus harian di Tanah Air melonjak pesat, dimana rata-rata selalu mencatatkan 1.000 kasus per hari.

”Jika kita melihat kasus positif terkonfirmasi, setelah kami lakukan analisis berdasarkan tingkat hunian rumah sakit tidak ada penambahan signifikan,” jelas Achmad Yurianto. “Tingkat hunian rumah sakit nasional adalah 55 persen. Kasus positif ini dari hasil tracing yang secara agresif dilakukan, ditambah testing yang masif.”

”Sebagian dari konfirmasi positif ini adalah kasus yang tidak memiliki indikasi untuk dirawat di rumah sakit,” sambungnya. “Ini yang menjadi penting diperhatikan, penambahan kasus yang banyak, tidak selalu dimaknai penambahan pasien di rumah sakit.”


Indonesia sendiri telah duduk di peringkat teratas di negara-negara ASEAN terkait tes corona. Total spesimen yang telah diperiksa Indonesia dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM) mencapai 849.155. Hal ini membuat kasus yang belum terekspos menjadi muncul ke permukaan secara signifikan.

Berbeda dengan pemerintah, data yang disusun dari Citi mengungkapkan dugaan lain penyebab lonjakan kasus. Menurut Citi, mengendurnya kedisiplinan masyarakat Indonesia dalam menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 menjadi penyebab munculnya banyak kasus baru. Salah satunya adalah penerapan jaga jarak.

Citi lantas mengungkap jika skor Social Distancing Index Indonesia ada di -22 pada 27 Juni lalu. Padahal, sepekan sebelumnya skor Indonesia adalah -24.

Citi menjelaskan semakin angkanya menjauhi nol, berarti masyarakat semakin patuh dalam menerapkan physical distacing. Sebaliknya jika kian dekat dengan nol, maka masyarakat semakin dekat, tidak taat menjaga jarak.

Kurangnya kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan jaga jarak ditemukan hampir di setiap lokasi. Diantaranya perkantoran, stasiun/terminal transportasi publik, pusat perbelanjaan dan rekreasi, serta pasar swalayan dan rumah obat.

Presentase keramaian di tempat kerja pada 14 April turun 38 persen ketimbang hari biasa. Namun pada 27 Juni, tercatat hanya berkurang menjadi 20 persen. Kemudian di lokasi transit transportasi massal, tingkat keramaian pada 14 April turun 57 persen dibandingkan saat normal dan pada 27 Juni berkurang menjadi 40 persen.

Sedangkan di lokasi perbelanjaan dan rekreasi, tingkat keramaian pada 14 April turun sampai 38 persen daripada hari-hari biasa. Lalu pada 17 Juni berkurang menjadi 23 persen. Sedangkan di pasar swalayan dan rumah obat, tingkat keramaian pada 14 April turun 21 persen dan pada 27 Juni berkurang menjadi -7 persen.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru