Ada Siswa Bunuh Diri Karena Belajar Online, Mendikbud Diminta Tak Tutup Mata
Nasional

Seorang siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan berinisial MI (16 tahun) nekat bunuh diri dengan meminum racun rumput diduga depresi dengan banyaknya tugas-tugas daring dari sekolahnya.

WowKeren - Selama pandemi COVID-19, siswa di Tanah Air terpaksa menjalankan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilakukan secara daring. Tak jarang ditemui anak-anak yang stres karena sistem baru tersebut.

Baru-baru ini dunia pendidikan berduka lantaran sistem PJJ kembali menelan korban. Diduga lantaran beban tugas daring dari sekolahnya, seorang siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan berinisial MI berusia 16 tahun nekat bunuh diri dengan meminum racun rumput.

Koban diduga bunuh diri akibat depresi dengan banyaknya tugas-tugas daring dari sekolahnya. Korban kerap bercerita pada teman-temannya.

Perihal sulitnya akses internet di kampung. Sulitnya akses internet di kediamannya menyebabkan tugas-tugas daringnya menumpuk.

Mirisnya, MI merekam aksi bunuh dirinya tersebut ke dalam sebuah video berdurasi 32 detik. Video yang menunjukkan detik-detik ketika korban meminum racun rumput itu tersimpan dalam ponsel korban.

Akibat peristiwa ini, Jaringan Sekolah Digital Indonesia pun buka suara. Menurutnya peristiwa ini bukanlah yang pertama kali terjadi.


Stres yang dialami siswa akibat pembelajaran jarak jauh yang tidak memiliki standar khusus dan cenderung sangat memberatkan siswa. "Dari sisi tugas-tugas dari guru telah mengakibatkan depresi terhadap siswa. Yang akhirnya dapat berujung pada kejadian bunuh diri seperti ini," ungkap Ketua Umum Jaringan Sekolah Digital Indonesia Ramli Rahim, Senin (19/10).

Ramli mengatakan, jumlah mata pelajaran yang sangat banyak. Ditambah dengan mudahnya guru memberikan tugas kepada siswa menjadi beban yang begitu berat bagi siswa.

Sebanyak 14 sampai 16 mata pelajaran tentu bukan sesuatu yang mudah. Apalagi dengan dukungan jaringan internet yang tidak memadai.

Sebelumnya, Ikatan Guru Indonesia juga telah meminta pemerintah pusat dan Mendikbud Nadiem Makarim jika beban mata pelajaran yang dialami oleh siswa sesungguhnya menjadi masalah utama rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Namun hingga saat ini, upaya penyederhanaan kurikulum tampaknya masih mengalami jalan buntu.

Nadiem Makarim seolah tidak punya formulasi untuk menuntaskan masalah jumlah mata pelajaran yang sangat membebani anak didik di Indonesia. Standar penugasan oleh guru juga tidak diatur, baik oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Provinsi maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Adanya peristiwa siswa bunuh diri ini seharusnya menjadi alarm yang sangat keras kepada pemerintah. Dengan tegas memperingatkan pemerintah bahwa masalah penugasan-penugasan ini adalah sesuatu yang sangat serius memberikan dampak depresi kepada siswa. Seharusnya kepala sekolah dan para guru konseling mampu mengetahui dan mengukur beban yang dialami oleh siswa.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru