Bukan Jurassic Park, Ini Konsep Pembangunan di Pulau Rinca Komodo
Nasional

Kepala Biro Humas Sekretariat Daerah Nusa Tenggara Timur, Marius Jelamu membantah soal konsep pembangunan ala Jurassic Park pada proyek di pulau Rinca, Labuan Bajo, NTT.

WowKeren - Proyek pembangunan Jurassic Park di pulau Rinca, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, hingga kini menuai kritikan dari berbagai pihak. Pasalnya, proyek yang disebut mirip Jurassic Park itu akan mengubah pulau yang menjadi habitat komodo.

Namun, Kepala Biro Humas Sekretariat Daerah Nusa Tenggara Timur, Marius Jelamu membantah terkait konsep pembangunan ala Jurassic Park tersebut. "Konsep pembangunan di Pulau Rinca adalah ekowisata, bukan Jurassic Park," katanya dilansir Tempo, Rabu (28/10).

Marius menjelaskan pembangunan di pulau Rinca hanya dilakukan di wilayah seluas lima hektare dari total luas pulau yang mencapai 20 ribu hektare. Pembangunan itu meliputi perbaikan pelabuhan yang sudah rusak serta sejumlah sarana prasarana wisata seperti gedung ranger, pusat informasi, restoran, home stay dan resort.

"Jadi nanti, pengunjung tidak lihat langsung komodo dari dekat, tapi cukup dilihat dari jauh melalui ruangan ranger itu," terang Marius. "Mereka tidak langsung berhadapan secara fisik. Akan disiapkan teknologi agar bisa dilihat dari jarak jauh."

Pembangunan itu sekaligus menjadikan pulau Rinca sebagai pusat ekonomi baru guna menggerakkan ekonomi masyarakat setempat. Apalagi Labuan Bajo sudah menjadi destinasi wisata kelas super premium sehingga sarana prasarana yang disiapkan juga harus setara.

Menurutnya, salah satu alasan penataan kawasan wisata Labuan Bajo dimaksudkan untuk menyambut Asean Summit dan pertemuan G20 pada 2023. Labuan Bajo pun diperkirakan akan dikunjungi oleh ribuan orang.


Terkait warga yang direlokasi akibat pembangunan itu, Marius membantahnya. Menurutnya, tidak ada masyarakat yang direlokasi dari pulau Rinca. Justru masyarakat dilibatkan dalam pembangunan di sana.

"Masyarakat tidak direlokasi, mereka justru dilibatkan dalam semua kegiatan, seperti pembangunan dermaga atau dijadikan ranger," jelasnya. "Bahkan, diharapkan mereka bisa terlibat di restoran atau home stay yang akan dibangun."

Pemprov NTT juga telah meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mengerjakan proyek tersebut untuk memperhatikan konservasi dan ekosistem komodo agar tetap terjaga. "Masih ada ribuan hektare untuk konservasi 1.300 komodo yang ada di Pulau Rinca," ujarnya.

Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) telah menyuarakan penolakannya terhadap proyek tersebut dengan latang. Ketua Walhi NTT, Umbu Wulang menegaskan pihaknya menolak pembangunan dengan konsep Jurassic Park itu karena dinilai tidak berbasis sains dan hanya branding untuk kepentingan bisnis semata.

Proyek itu dianggap mengganggu ruang hidup komodo dan dinamika mata rantainya. Menurutnya, pembangunan di kawasan Loh Buaya itu dapat mengubah bentang alamnya dan memaksa satwa komodo untuk beradaptasi dengan bentang alam baru.

Hal tersebut bisa merugikan kepentingan konservasi komodo sebagai satwa endemik NTT. "Walhi NTT menolak pembangunan infrastruktur berskala besar dan rakus lahan di kawasan asli komodo atas nama kepentingan investasi pariwisata," katanya

"Seharusnya pemerintah mendorong wisata kawasan yang ramah lingkungan serta tidak berbasis infrastruktur skala besar dan tidak rakus lahan," lanjutnya. "Dan itu hanya bisa dicapai bila mengembangkan pariwisata berbasis komunitas yang terbatas dan berkelanjutan. Syaratnya, sains dan urusan konservasi-nya sudah beres."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait