Ahli Minta Rakyat Was Was Janji Manis Vaksin Corona Dari Pemerintah, Kenapa?
iStockphoto/Halfpoint
Nasional

Ahli epidemiologi mengingatkan masyarakat agar was was terhadap janji manis vaksin virus corona dari pemerintah. Ternyata, rekam jejak dan sejarah Indonesia terkait pengadaan vaksin jadi buktinya.

WowKeren - Pemerintah Indonesia hingga sekarang terus menggembar-gemborkan mengenai pengadaan vaksin virus corona yang rencananya akan tersedia mulai awal tahun depan. Bahkan, pemerintah meyakini vaksin COVID-19 yang disiapkan dapat menjadi game changer karena mampu membendung pandemi virus corona.

”Vaksin akan menjadi game changer dalam perang melawan pandemi,” kata Jokowi dalam pidatonya perdanannya di Sidang Umum PBB, seperti dilansir dari CNNIndonesia pada Rabu (23/9). “Kita perlu bekerja sama untuk memastikan semua negara memiliki akses setara terhadap vaksin yang aman dengan harga terjangkau.”

Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono menanggapi mengenai hebohnya vaksin virus corona yang telah didapatkan oleh pemerintah. Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak terlalu mengandalkan vaksin COVID-19 yang dijanjikan oleh pemerintah.

Menurutnya, vaksin bukan merupakan solusi yang ampuh untuk keluar dari lingkaran pandemi virus corona. Pandu justru mendorong agar pemerintah terus menggenjot upaya surveillance 3T yang meliputi testing, tracing, dan treatment. Ketiga cara tersebut dinilai lebih realistis dalam menghadapi pandemi ketimbang fokus pada pengadaan vaksin.


”Vaksin ini solusi jangka panjang, 5-10 tahun baru mungkin,” kata Pandu seperti dilansir dari CNNIndonesia, Sabtu (24/10). “Lagian, ini yang menetapkan rencana-rencana vaksin kan bukan orang kesehatan, yang ngomong teman-teman dari BUMN semua.”

Pandu mengungkapkan obsesi berlebihan terhadap pengadaan vaksin dengan alasan situasi darurat justru akan menimbulkan kekhawatiran baru. Mempercepat pembuatan dan pengadaan vaksin justru dinilai akan mempengaruhi keamanan dan efektivitas vaksin itu sendiri.

Berkaca pada masa lalu, Pandu mengatakan Indonesia telah beberapa kali memiliki pengalaman buruk terhadap vaksin. Kebijakan emergensi pada satu vaksin yang belum selesai menjalani uji klinis dan langsung diedarkan telah mengancam keselamatan masyarakat.

”Kalau mau dipercepat sih bisa, tapi apakah bisa dipercaya keamanannya? Banyak sejarah gagal vaksin di Indonesia,” tegas Pandu. “Beli barang yang belum jadi, buat apa? Sampai sekarang belum ada vaksin tapi itu narasinya diucapkan dan ditulis vaksin, yang betul itu semua baru kandidat. Jangan lakukan kerja sama bilateral yang sifatnya bisnis, tapi perkuat kerja-sama multilateral.”

Sebagai contoh, uji klinis vaksin demam berdarah dengue (DBD) yang sampai menimbulkan kasus kematian. Kemudian contoh lain adalah ketika vaksin Flu Babi yang tidak sesuai aturan membuat sejumlah penerima vaksin mengalami penyakit narkolepsi pada 2019 silam.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait