Sekolah Tatap Muka Belum Direkomendasikan Dokter Anak, Ini Alasannya
Nasional

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum merekomendasikan pembelajaran tatap muka atau pembelajaran langsung bagi siswa sekolah selama masa pandemi COVID-19. Kenapa?

WowKeren - Menjelang akhir tahun 2020, sejumlah sekolah mulai kembali melakukan pembelajaran tatap muka, dengan kapasitas terbatas. Namun, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum merekomendasikan pembelajaran tatap muka atau pembelajaran langsung bagi siswa sekolah selama masa pandemi COVID-19.

"Pembelajaran tatap muka belum direkomendasikan selama suatu daerah belum menjadi zona hijau, atau setidaknya zona kuning," kata dr. Endah Setyarini, Sp.A dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim saat diskusi daring, dilansir Antara, Kamis (19/11).

Rekomendasi tersebut, kata dr. Endah, sudah sesuai pesan Ketua Umum PP IDAI, Aman B. Pulungan, yang sesuai dengan rekomendasi WHO. IDAI menyarankan agar sekolah ditutup dulu selama pandemi.

Ia menambahkan selain zona risiko, ada banyak hal yang perlu menjadi pertimbangan sebelum memutuskan akan membuka sekolah. Pertama yaitu melakukan pemetaan kasus positif per kelurahan, pemetaan lokasi sekolah termasuk dari mana saja muridnya berasal.


"Karena bisa saja sekolahnya zona hijau tapi muridnya ada yang dari zona merah dan terjadi penularan sesama siswa, lalu ke orang dewasa di sekitarnya," ujarnya. Selanjutnya, transportasi siswa ke sekolah juga perlu diperhatikan karena penggunaan kendaraan umum tentunya akan lebih berisiko tertular virus corona.

Selain itu, juga perlu diperhatikan kontak siswa atau guru dengan orang lain. Kemudian, terkait vaksin COVID-19 sendiri hingga kini masih dalam fase uji klinis sehingga diperlukan waktu untuk diketahui keefektifannya sebelum tersedia secara luas. WHO sendiri menyatakan bahwa setidaknya sudah ada lebih dari 100 perusahaan vaksin di berbagai negara yang sedang dalam proses uji klinis dan hingga saat ini belum final.

Pernyataan senada disampaikan Wakil Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia Jatim, dr. Atik Choirul Hidajah, M.Kes yang menyebut jumlah kasus COVID-19 pada anak di Indonesia hingga saat ini mencapai 9,7 persen dari total penderita COVID-19, atau berjumlah 24.966 anak. Secara rinci, jumlah tersebut terbagi menjadi 2,4 persen anak usia 0-5 tahun dan 7,3 persen anak usia 6-18 tahun.

Menurutnya, untuk kembali membuka sekolah dan melakukan kembali pembelajaran tatap muka tentunya dibutuhkan kajian secara ilmiah. "Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan pilihan paling baik untuk mencegah penularan antara siswa serta penularan siswa kepada guru," ujarnya.

Meski begitu, orang tua juga perlu mewaspadai imbas akibat PJJ untuk kesehatan anak. Adapun dampak buruk yang disebabkan oleh PJJ antara lain computer vision syndrome seperti gangguan mata, otot dan penglihatan akibat terlalu lama menatap layar gawai.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru