Terlalu Fokus Dengan Vaksinasi, Pemerintah Diingatkan Pentingnya Testing dan Tracing Corona
Twitter/KemenkesRI
Nasional

Epidemiolog asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Windhu Purnomo mengingatkan pemerintah agar tak hanya berfokus pada program vaksinasi COVID-19 saja.

WowKeren - Pemerintah saat ini tengah mendorong program vaksinasi virus corona (COVID-19). Hal ini dilakukan agar Indonesia dapat mencapai herd immunity.

Namun, Epidemiolog asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Windhu Purnomo mengingatkan pemerintah agar tak hanya berfokus pada program vaksinasi. Namun, testing dan tracing tidak boleh kendor.

"Pemerintah harus tetap meningkatkan tracing dan testing yang sekarang lemah, karena fokus ke vaksinasi," kata Windhu, Selasa (23/3). Meskipun lebih banyak fokus pada vaksinasi, Windhu juga menyoroti pemberian vaksin di Indonesia yang masih lamban.

Padahal, Presiden Joko Widodo menargetkan vaksin harus selesai dalam setahun. "Padahal vaksinasi sendiri masih lamban kita ini, kemarin saya hitung nggak sampai 120 ribu per hari. Bayangkan lamban banget ini. Harusnya presiden mengatakan targetnya vaksin harus satu tahun selesai, ya sejuta dosis per hari kan. Tapi sekarang 115 sampai 120 ribu per hari. Kalau ini terus dilakukan ya bisa sampai 8 tahun. Masak kita mau 8 tahun baru selesai?," paparnya.


"Artinya kalau kita mau mengandalkan vaksinasi rasanya nggak mungkin karena vaksinasi kita lamban," imbuhnya. "Makanya testing dan tracing yang nomor satu. Pemerintah nggak boleh kendor, karena sekarang betul kendor karena larinya ke vaksinasi terus."

Tak hanya itu, Windhu juga melihat jika puskesmas kini lebih sibuk memberikan vaksin ketimbang melakukan testing dan tracing. Hal ini dikhawatirkan tidak terdeteksinya kasus di bawah permukaan.

"Puskesmas sekarang sibuk vaksinasi, bukan melakukan lagi testing dan tracing. Saya hitung dari data yang ada punya Kemenkes dengan membandingkan jumlah suspect dengan jumlah kasus harian, kita hanya 1:9 hingga 1:10," paparnya. "Jadi satu orang yang positif, tracing ya maksimum 10 orang saja. Padahal harusnya 30 orang dan ini tidak merata."

"Jadi kita ini lemah dalam tracing, karena tracing yang lemah, akhirnya kita lemah dalam testing. Artinya kita betul harus kembali ke pakem semula," sambungnya. "Kita lakukan penemuan kasus sebanyak mungkin, jangan sampai penularan masih terjadi di bawah permukaan."

Windhu kemudian menambahkan untuk mengatasi pandemi ini, strateginya masih sama. "Protokol kesehatan yang mulai melemah harus ditingkatkan lagi pemerintah. Caranya ya klasik, kan cuma itu ya. 3M memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak ditambah membatasi pergerakan, testing dan tracing plus percepat vaksinasi. Itu aja sudah. Nggak ada strategi baru," pungkasnya.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait