Diduga Picu Kematian, Efek KIPI Vaksin AstraZeneca Ternyata Memang Lebih Keras dari Sinovac
Twitter/KemenkesRI
Nasional

Vaksin COVID-19 AstraZeneca dikabarkan menimbulkan efek KIPI yang lebih keras daripada produk Sinovac misalnya. Lantas apa dampaknya bagi para penerima? Begini penjelasan pakar.

WowKeren - Pemberian vaksin diharapkan dapat melindungi penerimanya dari COVID-19. Namun beberapa jenis vaksin rupanya bisa memicu kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang bisa jadi berujung pada kematian.

Seperti vaksin AstraZeneca yang kerap dikaitkan dengan terjadinya pembekuan darah hingga memicu kematian penerimanya. Dan belakangan muncul kabar bahwa efek KIPI dari vaksin AstraZeneca memang lebih keras daripada vaksin lain yang juga beredar di Indonesia, yakni Sinovac.

Lantas dengan efek KIPI yang lebih keras menandakan bahwa vaksin AstraZeneca lebih efektif ketimbang Sinovac? Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menegaskan kedua variabel tidak memiliki korelasi.

"Enggak begitu, kita tidak bisa bilang korelasi antara efek KIPI dan efektivitas vaksin," terang Ari kepada Tempo, Kamis (10/6). Ari yang juga Dekan FKUI itu tak menampik jika efektivitas AstraZeneca memang lebih tinggi berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, namun patut diingat bahwa riset tersebut menggunakan sampel masyarakat luar negeri.

"Kita tidak bisa bilang efektivitas AstraZeneca lebih tinggi, karena sampelnya kan dari luar," jelas Ari. Meski demikian, Ari menekankan bahwa efek KIPI AstraZeneca masih dalam batas tidak mengkhawatirkan meski lebih keras.


Sedangkan pada kesempatan berbeda, Ahli Patologi Klinis Universitas Sebelas Maret (UNS), Tonang Dwi Aryanto menuturkan bahwa respons pasca vaksinasi sangat ditentukan penerimanya. "Jadi berat ringannya gejala tidak bisa menjadi ukuran mutlak," tegas Tonang, Kamis (10/6).

Patut dipahami bahwa Sinovac dibuat dari virus Corona keseluruhan yang telah dimatikan dan menyisakan protein perangsang imun paling dominan, protein S. Dengan demikian, respons imun yang timbul memang otomatis akan lebih lemah daripada AstraZeneca yang dibuat dengan teknologi lebih kompleks.

Pada vaksin AstraZeneca, ada bagian kecil dari virus Corona yang dibawa dan ditanamkan di vektor virus pembawanya. Dengan demikian tubuh penerima harus merespons dua benda asing sekaligus, yakni vaksin yang dibawa serta vektor virusnya.

Karena itulah, cukup wajar apabila respons KIPI yang diterima penerima vaksin AstraZeneca lebih keras daripada Sinovac. Meski demikian, metode vaksin AstraZeneca yang lebih kompleks diharapkan mampu memicu efektivitas vaksin yang lebih tinggi.

Meski demikian, kembali seperti disebutkan Ari, bahwa respons pasca vaksinasi akan sangat ditentukan oleh kondisi penerimanya. "Respons dalam tubuh mungkin kuat, tapi tidak sampai timbul gejala signifikan karena tubuh kita kuat," jelasnya.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru