Waspada! RI Bisa Jadi Pusat Mutasi Varian 'Super' Corona, Begini Penjelasan Pakar
Pixabay/Thiago Lazarino
Nasional

Pakar Epideimiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengungkap potensi Indonesia menjadi pusat mutasi virus Corona varian super. Dicky pun menjelaskan penyebabnya.

WowKeren - Indonesia masih menghadapi lonjakan kasus COVID-19, meski belakangan titik panas seolah bergeser ke luar Jawa dan Bali. Dan krisis ini mencuri perhatian para peneliti karena dikhawatirkan akan menjadi pemicu munculnya varian super dari virus Corona.

Lebih spesifik dijelaskan, kerisauan ini muncul akibat rendahnya angka testing dan tracing COVID-19 di Indonesia. Alhasil penularan virus tidak terkendali sehingga bisa memicu munculnya mutasi virus baru yang bisa jadi lebih merepotkan ketimbang varian Delta yang saat ini mendominasi kasus COVID-19 di berbagai negara.

"Prinsip dasar terjadinya mutasi itu dengan mudah kalau si virus ini dengan leluasa menginfeksi manusia," papar Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, kepada Kumparan SAINS, Minggu (8/8). "Artinya, hukum probabilitas terjadi ketika semakin banyak manusia terinfeksi tanpa terkendali, tanpa bisa kita cegah. Peluang yang tadinya kecil, jadi semakin besar."

Menurutnya, gelombang kedua COVID-19 Indonesia terjadi pada pertengahan Mei 2021. Kala itu kasus positif begitu melonjak di Jawa dan Bali, namun Dicky khawatir penularan ke luar kedua pulau berkembang begitu pesat karena kurang masifnya testing serta tracing.


Hal ini pun berimplikasi sampai saat ini, ketika sumbangsih kasus positif dan kematian COVID-19 dari luar Jawa-Bali semakin mendominasi data nasional. Di sisi lain, testing dan tracing Indonesia pun masih jauh dari target 400 ribu sehari seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan malah bertahan di kisaran 100-250 ribuan.

Rapor merah ini, menurut Dicky, diperburuk dengan angka positivity rate COVID-19 Indonesia yang masih di kisaran dua digit. Padahal standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya lima persen, menjadikannya indikator bahwa Indonesia masih gagal menekan penularan wabah infeksi virus Corona.

Situasi inilah yang menurut Dicky bisa memicu munculnya strain super virus Corona. "Ini hanya masalah waktu," tegas Dicky, dikutip pada Senin (9/8).

Sebagai informasi, mutasi merupakan proses alamiah yang terjadi ketika proses replikasi atau penggandaan diri virus di sel tubuh inangnya. Mutasi bisa terjadi apabila virus melakukan typo ketika menyalin urutan genetiknya yang umumnya terjadi secara acak.

Peneliti biomolekuler independen, Ahmad Utomo, menyatakan bahwa panjang genom virus Corona mencapai 30 ribu huruf, sekitar tiga kali lipat lebih besar daripada virus RNA lain seperti influenza. "Sehingga rata-rata tingkat mutasinya itu sekitar 2 huruf per genom per bulan, termasuk lambat dia sebetulnya," terang Ahmad.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait