Penjelasan Kemendikbudristek Soal Kabar E-Sport Bakal Masuk Kurikulum Sekolah
AFP/Romeo Gacad
Nasional

Anindito Aditomo selaku Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek buka suara tentang kabar cabang olaharaga e-sport akan masuk dalam kurikulum sekolah tingkap SMP dan SMA.

WowKeren - Baru-baru ini, beredar kabar bahwa cabang olaharaga e-sports akan masuk dalam kurikulum sekolah tingkap SMP dan SMA. Hal ini sempat disampaikan oleh Ketua Bidang Humas dan Komunikasi Pengurus Besar E-sports Indonesia (PBEsI), Ashadi Ang, beberapa waktu lalu.

Menanggapi kabar tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudaya, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) lantas buka suara. Pihak Kemendikbudristek meluruskan bahwa e-sport tidak masuk kurikulum nasional, melainkan bisa menjadi materi pelajaran di sekolah.

Menurut Anindito Aditomo selaku Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, materi e-sport ini bersifat opsional. Sekolah boleh menambahkan materi pelajaran tersebut jika merasa memang membutuhkannya.

"E-sports tidak masuk kurikulum nasional. Sekolah boleh saja memasukkan konten tersebut jika dipandang relevan untuk kebutuhan dan konteksnya," paparnya kepada CNN Indonesia, dikutip pada Selasa (30/11).

Lebih lanjut, Anindito menjelaskan bahwa kurikulum nasional mencerminkan standar minimal dengan materi yang esensial serta relevan bagi siswa. Sedangkan pihak yang bisa menilai apakah materi relevan atau tidak adalah sekolah.


"Sebenarnya yang ditetapkan oleh Kemendikbudristek bukanlah kurikulum sekolah, melainkan kerangka dan struktur dasar kurikulum. Sekolah-lah yang berwenang mengembangkan kurikulum operasional yang menjadi panduan bagi guru untuk melakukan pembelajaran di kelas," terangnya. "Karena itu Kemendikbudristek tidak berencana memasukkan e-sports sebagai materi wajib di tingkat nasional."

Pihak sekolah harus menggunakan e-sport sebagai sarana pengembangan karakter dan kompetensi dasar yang termuat dalam kurikulum nasional jika ingin memuat materi tersebut. "Sebagai ilustrasi, materi tersebut bisa menjadi tema untuk menganalisis dan mengevaluasi ragam e-sport yang ada. Ini bisa menjadi latihan untuk mengasah nalar kritis siswa," ujarnya.

Sementara itu, Anindito mengakui bahwa banyak pihak yang merasa antusias apabila e-sport masuk dalam kurikulum nasional. Namun karena ruang dalam kurikulum terbatas, maka akan ada materi yang masuk dan yang tidak.

"Jika semua materi yang dianggap penting oleh sebagian orang harus masuk kurikulum, yang menjadi korban adalah siswa," katanya.

Menurutnya, kurikulum yang terlalu padat hanya akan membuat guru dipaksa mengandalkan ceramah tanpa sempat mengajak siswa berdiskusi dan berpikir untuk memahami materi. "Tugas yang diberikan juga akan bertumpuk-tumpuk, namun tanpa umpan balik yang bermakna," pungkasnya.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait