COVID-19 Omicron Sampai Singapura-Malaysia, Polri Langsung Ketat Jaga Perbatasan Darat-Laut-Udara
AFP
Nasional

Singapura dan Malaysia telah mengonfirmasi kasus COVID-19 akibat varian Omicron, sehingga Indonesia harus lebih mengantisipasi. Namun Kemenkes memastikan varian itu belum ditemukan di Indonesia.

WowKeren - Dua negara tetangga terdekat Indonesia, yakni Malaysia dan Singapura, sudah mengonfirmasi kasus perdana COVID-19 Omicron. Indonesia tentu harus mengantisipasi hal ini, meskipun Kementerian Kesehatan menyebut COVID-19 Omicron belum ditemukan di Tanah Air.

"Belum ditemukan," ujar Juru Bicara Vaksinasi dari Kemnekes, dr Siti Nadia Tarmizi, Jumat (3/12). Tentu pernyataannya bukan tanpa alasan, sebab pemerintah terus melakukan whole genome sequencing (WGS) terhadap para pelaku perjalanan internasional.

"Kasusnya lebih pada pelaku perjalanan. Sampai sekarang belum kita temukan," kata Siti Nadia. "Kita sequencing setiap kasus positif dari luar negeri."

Bukan hanya Kemenkes, Polri juga melakukan antisipasi terhadap varian Omicron yang telah ditemui di Malaysia dan Singapura ini. Seperti Polri yang akan menjaga ketat pintu-pintu masuk ke Indonesia, baik dari pelabuhan udara, laut, dan darat.


"Kami sudah menekankan, Polri khususnya membantu untuk melaksanakan pengawasan di seluruh pintu masuk," ujar Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Dedi Prasetyo, pada Jumat (3/12). "Baik pintu masuk di pelabuhan udara, pintu masuk di pelabuhan laut, maupun di darat."

Dedi juga mengimbau supaya masyarakat tetap waspada, apalagi dengan temuan varian Omicron ini. "Pada warga negara yang bepergian ke daerah-daerah yang mungkin punya tingkat kerawanan penyebaran varian Omicron ini betul-betul harus berhati-hati," tegas Dedi.

Dedi pun menekankan pihak kepolisian beserta TNI siap mengikuti instruksi Presiden Joko Widodo, yakni mengenai percepatan laju vaksinasi COVID-19. Selain itu, Dedi turut mengimbau warga agar lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

"Akhir tahun ini seluruh provinsi sudah bisa mencapai target 70 persen. Ini harus disampaikan, khususnya vaksinasi dengan sasaran lansia," pungkas Dedi. "Ini penting, karena lansia merupakan salah satu korban yang memiliki tingkat risiko tertinggi dibanding usia lain."

Sebelumnya Jokowi juga mengingatkan pentingnya untuk selalu mengantisipasi kenaikan kasus COVID-19, bahkan sekecil apapun angka dan persentasenya. Antisipasi bisa dilakukan dengan vaksinasi, kepatuhan protokol kesehatan, hingga peningkatan testing dan tracing.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait