Pasien COVID-19 di Wisma Atlet Capai 4.590 Orang, Epidemiolog: Kita Sudah Menapak Gelombang Ketiga
Nasional

Adapun kenaikan ini membuat pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, merasa khawatir. Menurutnya, Indonesia kini sudah '"menapak anak tangga gelombang ketiga'.

WowKeren - Tingkat keterisian tempat tidur di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, belakangan terus menunjukkan peningkatan. Hingga Senin (31/1) pagi, total pasien yang dirawat di RS Wisma Atlet mencapai 4.590 orang.

"Pasien rawat inap terkonfirmasi positif berjumlah 4.590 orang, terdiri dari 2.131 pria dan 2.459 wanita. Semula 4.483 orang, bertambah 107 orang," papar Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan I), Kolonel Marinir Aris Mudian, Senin.

Wisma Atlet sendiri telah didatangi sebanyak 140.174 pasien COVID-19 sejak mulai beroperasi pada 23 Maret 2020 lalu. Sebanyak 133.896 orang di antaranya dinyatakan telah sembuh, 1.092 orang dirujuk ke rumah sakit lain, dan 596 orang dilaporkan meninggal dunia.

Menurut grafik keterisian Wisma Atlet, peningkatan jumlah pasien mulai terjadi sejak akhir Desember 2021 lalu. Jumlah pasien COVID-19 rawat inap di Wisma Atlet kini bahkan menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2021.

Adapun kenaikan ini membuat pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, merasa khawatir. Menurutnya, Indonesia kini sudah "menapak anak tangga gelombang ketiga".


"Iya kita sudah menapak anak tangga gelombang ketiga dan didominasi oleh Omicron yang merupakan variant of concern (VoC). Ingat, Omicron ini baru 10 pekan lalu dijadikan VoC, tapi dampaknya menimbulkan gelombang dan pecah kasus infeksi di banyak negara," paparnya. "Ini juga membuktikan Omicron menjadi potensinya serupa gelombang Delta atau mendekati itu tetap ada. Walaupun potensinya moderat."

Dicky menilai bahwa risiko angka kematian kemungkinan tetap besar apabila kelompok rentan belum divaksinasi mendapat perlindungan dari COVID-19. Menurutnya, jumlah kelompok rentang di Indonesia masih cukup tinggi.

"Selama kelompok rawan di masyarakat itu ada berjumlah signifikan, belum memiliki imunitas, seperti Amerika hampir setengahnya belum memiliki imunitas dan kita juga sama dengan Amerika potensi risikonya, kita enggak boleh over confidence," tegasnya.

Di sisi lain, Varian Omicron yang diwaspadai Dicky disebut memiliki gejala yang sangat mirip dengan flu biasa. Seperti batuk dengan hidung meler dan tersumbat. Spesialis paru RS Persahabatan dan Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K), menjelaskan bahwa salah satu gejala paling khas pada pasien Omicron yang belum tentu ditemukan pada pasien flu adalah sakit tenggorokan.

"Kalau flu itu jarang sekali sakit tenggorokan, nyeri tenggorokan. Kalau pada COVID-19, banyak sekali pasien saya 60 persen saya kira rata-rata berhubungan dengan saluran napas," paparnya dalam konferensi pers virtual. "(Pasien Omicron) merasa nggak enak tenggorokannya. Gatal, nyeri, dan menelan sakit. Nah sakit menelan juga (salah satu gejala infeksi Omicron)."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru