Seperti yang diketahui, Indonesia telah mendeteksi kasus COVID-19 subvarian baru Omicron BA.2.75 atau Centaurus. Epidemiolog pun membeberkan karakteristik subvarian Omicron Centaurus.
Kasus COVID-19 subvarian baru Omicron BA.2.75 telah terdeteksi di Indonesia. Pakar menilai hal ini menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 masih ada dan belum berakhir.
Peringatan mengenai kehadiran Omicron BA.2.75 di Indonesia kini terbukti. Kementerian Kesehatan RI melaporkan sudah ada 3 orang di Indonesia yang telah terdeteksi terinfeksi Omicron subvarian BA.2.75.
Virus COVID-19 tampaknya masih dan terus berkembang menjadi strain-strain baru. Seperti pada subvarian Omicron yakni BA.2.75, yang baru saja ditemukan di Belanda.
Pemerintah memutuskan kembali memperpanjang PPKM seluruh Indonesia hingga 1 Agustus 2022. Sementara itu, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menjadi salah satu penyebab kenaikan kasus COVID-19.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, telah meminta masyarakat dan pemerintah untuk mewaspadai potensi penyebaran COVID-19 subvarian Omicron BA.2.75.
Dua subvarian baru Omicron itu menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia belakangan ini. Kemenkes membeberkan saat ini kasus dua subvarian itu mencapai 739 kasus.
Menteri Kesehatan RI memperingatkan bahwa puncak kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 bakal terjadi pada pertengahan bulan Juli mendatang. Hal itu melihat pola kasus di Afrika Selatan.
Kemenkes mengungkapkan bahwa mayoritas pasien COVID-19 subvarian Omicron yakni BA.4 dan BA.5 itu melakukan isoman di rumah. Sementara untuk masa isomannya sendiri dilakukan selama 10 hari.
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan juga menyatakan bahwa masa penyembuhan dari infeksi subvarian baru tersebut lebih cepat dibanding varian lainnya.
Kementerian Kesehatan mencatat jumah kasus COVID-19 Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 naik dari 20 menjadi 57 kasus. 47 kasus di antaranya merupakan BA.5, sedangkan 10 kasus BA.4.
Seperti yang diketahui, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah masuk ke Indonesia. Dari 20 kasus, 3 di antaranya merupakan anak-anak dengan rentang usia 5-12 tahun.
Subvarian baru dari virus SARS-CoV-2 Omicron muncul di Indonesia. Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 itu disebut memiliki kemampuan penularan yang lebih cepat.
DKI Jakarta menjadi salah satu daerah yang telah melaporkan adanya kasus COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Wapres pun meminta masyarakat untuk berhati-hati.
Angka positif COVID-19 di Indonesia kembali mengalami kenaikan. Selain itu, kini subvarian baru Omicron, BA.4 dan BA.5 juga ikut mulai muncul di Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia belakangan ini dipicu oleh adanya varian baru. Hal ini juga terjadi di negara-negara lain.
Per Minggu (12/6), kasus subvarian Omicron tersebut telah bertambah menjadi delapan pasien, dengan dua orang terinfeksi subvarian BA.4 dan enam lainnya terinfeksi subvarian BA.5.
Sebelumnya, Menkes Budi menyampaikan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah masuk ke RI. Pemprov DKI pun menyiapkan strategi pencegahan penyebaran subvarian baru Omicron tersebut.
Kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia itu terjadi dalam tiga hari terakhir. Sementara Menkes menyatakan bahwa varian mutasi Omicron baru telah ditemukan di Indonesia sejak Mei lalu.
Pandemi COVID-19 hingga saat ini belum juga selesai, bahkan sejumlah negara juga masih terus berjuang melawan angka kasus yang terus melonjak. Belum lagi virus COVID-19 yang bermutasi.