Subvarian Baru Omicron BA.2.75 Disebut Lebih Menular, Kemenkes Minta Masyarakat Tetap Waspada
Nasional

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, telah meminta masyarakat dan pemerintah untuk mewaspadai potensi penyebaran COVID-19 subvarian Omicron BA.2.75.

WowKeren - Kasus COVID-19 di Indonesia belakangan mengalami kenaikan, salah satunya karena subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Meski demikian, kini sudah ada mutasi baru dari varian Omicron yang disebut BA.2.75.

Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, lantas mengatakan bahwa masyarakat tetap perlu waspada meski kondisi COVID-19 kini relatif terkendali. Terlebih karena adanya subvarian baru tersebut.

"Kita memang sudah terkendali, tapi tetap harus waspada. Kewaspadaan kita tetap harus ada pengetatan-pengetatan karena angkanya masih akan naik turun sekaligus ada subvarian baru," ujar Syahril pada Senin (4/7).

Menurut Syahril, subvarian BA.5 telah mendominasi kasus COVID-19 di Indonesia. Namun demikian, Syahril menjelaskan bahwa tingkat keparahan subvarian tersebut tidak seberat varian Omicron dan Delta.

"Jadi enggak usah khawatir, tingkat keparahannya tidak terlalu berat sehingga mudah-mudahan tidak banyak OTG dan gejala ringan saja," tutur Syahril.


Sebelumnya, epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, telah meminta masyarakat dan pemerintah untuk mewaspadai potensi penyebaran COVID-19 subvarian Omicron BA.2.75. Dicky menjelaskan bahwa subvarian tersebut pertama kali terdeteksi di India.

"Sekarang bukan hanya BA.4 BA.5 ya, sudah ada BA.27.5 turunan dari Omicron BA.2, yang hampir bahkan bisa berpotensi sama dengan Delta," ujar Dicky kepada Kompas.com.

Subvarian ini diperkirakan menular secara efektif melalui negara dan ada kemungkinan telah tersebar ke negara lain. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia diminta segera mengambil langkah cepat dan tepat untuk mengantisipasi penyebaran subvarian baru tersebut.

"Data awal di India menunjukkan BA.2.75 punya kecepatan sebaran yang luar biasa atau 9 kali lipat BA.5," tegasnya. "Ini artinya kecepatan pemerintah melakukan penguatan respon sangat-sangat segera harus dilakukan."

Di sisi lain, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memprediksi puncak kasus harian COVID-19 dari penularan BA.4 dan BA.5 bisa mencapai angka 20 ribu per hari. Meski demikian, Budi memperkirakan kasus COVID-19 akan kembali turun setelah pekan keempat bulan Juli.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru