WHO Analisis 2 Subvarian Baru Omicron, Lebih Berbahaya dan Menular?
Unsplash/JINZHOU LIN
Dunia

Pandemi COVID-19 hingga saat ini belum juga selesai, bahkan sejumlah negara juga masih terus berjuang melawan angka kasus yang terus melonjak. Belum lagi virus COVID-19 yang bermutasi.

WowKeren - Seperti yang diketahui sebelumnya, virus COVID-19 telah bermutasi menjadi varian Delta hingga Omicron. Hingga kini, tampaknya masing-masing dari varian COVID-19 juga bermutasi.

Pada Senin (11/4), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pihaknya melacak beberapa lusin kasus dua subvarian baru dari jenis virus COVID-19 Omicron. Sebagaimana diketahui, varian Omicron sebelumnya dikatakan sebagai varian yang memiliki tingkat penularan tinggi.

Maka dari itu, WHO memutuskan untuk meneliti lebih lanjut apakah dua subvarian Omicron yang baru itu juga sangat menular dan berbahaya. Adapun subvarian Omicron yang baru itu adalah BA.4 dan BA.5, yang juga disebut sebagai varian saudara dari varian BA.1 Omicron asli, ke daftar WHO untuk pemantauan.

WHO sendiri diketahui telah melacak BA.1 dan BA.2, yang saat ini disebut telah menjadi kasus COVID-19 dominan secara global. Selain itu, pihaknya juga sudah melacak subvarian BA.1.1 dan BA.3.


Lebih lanjut, WHO mengatakan bahwa pihaknya telah mulai melacak subavarian tersebut lantaran "mutasi tambahan yang perlu dipelajari lebih lanjut untuk memahami dampaknya pada potensi pelarian kekebalan".

WHO pun mengungkapkan bahwa virus terus bermutasi sepanjang waktu, tetapi hanya beberapa mutasi yang memengaruhi kemampuannya untuk menyebar atau menghindari kekebalan sebelumnya dari vaksinasi atau infeksi, atau tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.

Misalnya seperti subvarian BA.2, kata WHO, sekarang mewakili hampir 94 persen dari semua kasus berurutan dan lebih menular daripada saudara kandungnya, tetapi bukti sejauh ini menunjukkan bahwa hal itu tidak lebih mungkin menyebabkan penyakit parah.

Menurut WHO, hanya beberapa lusin kasus BA.4 dan BA.5 yang telah dilaporkan ke database Global Initiative on Sharing All Influenza Data (Gisaid). Sementara itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris mengatakan pada pekan lalu, BA.4 telah ditemukan di Afrika Selatan, Denmark, Botswana, Skotlandia, dan Inggris dari 10 Januari hingga 30 Maret 2022.

Pada pekan lalu, semua kasus BA.5 disebut berada di Afrika Selatan. Namun pada Senin (11/4), Kemenkes Botswana mengatakan telah mengidentifikasi empat kasus BA.4 dan BA.5, semuanya di antara orang berusia 30 hingga 50 tahun yang divaksinasi penuh dan mengalami infeksi ringan.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait