Varian Baru COVID Deltacron Diduga Muncul dari Kesalahan di Lab, Seberapa Bahaya?
Pixabay
Nasional

Belakangan ramai kabar mengenai kemunculan varian baru COVID-19, Deltacron. Mutasi varian Delta dan Omicron itu kini juga telah mulai diwaspadai pemerintah Indonesia.

WowKeren - Belum usai dengan Omicron, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)mengkonfirmasi kemuncul varian COVID-19 baru. Varian baru itu merupakan mutasi dari COVID varian Delta dan Omicron. Mulai terdeteksi di sejumlah negara di Eropa, Indonesia pun kini mulai mewaspadai kemunculan varian Deltacron tersebut.

Lembaga GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data) juga telah mengumumkan temuan varian Deltacron. Dari analisis sementara terungkap bahwa Deltacron diturunkan dari garis keturunan GK/AY.4 dan GRA/BA.1.

Varian itu telah terdeteksi di beberapa wilayah Prancis. Menurut database internasional Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), kasus varian Deltacron juga ditemukan di Denmark dan Belanda. Lebih lanjut ada pula laporan tentang Deltacorn yang terdeteksi di Amerika Serikat (AS). Lalu Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga menyatakan sekitar 30 kasus telah terdeteksi di Inggris.

Ilmuwan Institut Pasteur Etienne Simon-Loriere tak menampik ada beberapa virus rekombinan berbeda yang terbentuk dari Delta dan Omicron ini. Sebagai informasi, virus rekombinan adalah virus yang terbentuk setidaknya dari dua virus lain. Ketika seorang individu terinfeksi dua jenis virus atau lebih, maka ada kemungkinan virus-virus tersebut mengalami percampuran genetik dan menghasilkan virus baru.

Para ahli dengan cepat menekankan varian rekombinan bukanlah hal yang langka. Deltacron bukanlah yang pertama dan tidak akan mungkin menjadi temuan varian rekombinan yang terakhir terjadi untuk COVID-19.


"Ini terjadi setiap kali kita berada dalam periode peralihan dari satu varian dominan ke varian lain, dan biasanya merupakan keingintahuan ilmiah tetapi tidak lebih dari itu," kata Eks Pimpinan Inisiatif Genomik COVID-19 di Wellcome Trust Sanger, Jeffrey Barrett.

Barrett menambahkan, dengan masih terbatasnya temuan varian Deltacron yang teridentifikasi sejauh ini, maka belum ada cukup bukti dan data tentang tingkat keparahan varian atau seberapa baik vaksin masih memiliki efikasi tinggi dalam memberikan proteksi pada individu.

"Ini telah terlihat di Inggris beberapa kali, dan sejauh ini tampaknya sangat langka di berbagai negara di dunia, dengan hanya beberapa lusin sequence di antara jutaan Omicron. Jadi saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini, meski saya yakin varian ini akan terus dipantau," jelasnya.

Kabar soal varian gabungan Deltacorn ini sebenarnya sudah menyeruak ke publik sejak awal tahun lalu. Profesor ilmu biologi di Universitas Cyprus, Leondios Kostrikis mengungkap tanda genetik seperti Omicron dalam genom Delta. Atas temuan itu ia memberi nama Deltacron.

Saat itu Kostrik dan tim telah menemukan 25 kasus mutasi. Kemudian temuan dilaporkan serta dikirim sampelnya ke GISAID pada 7 Januari, untuk melacak mutasi virus. Namun saat itu para ilmuwan menganalisis temuan Deltacorn kemungkinan besar merupakan kesalahan pencematan di laboratorium, bukan varian baru yang mengkhawatirkan global.

Barrett saat itu mengatakan dugaan mutasi terletak pada bagian genome yang rentan terhadap kesalahan dalam prosedur pengurutan genome.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait