Kemenkes: Varian 'Son of Omicron' BA.2 Lebih Cepat Menular-Kurangi Efikasi Vaksin, Simak Gejalanya
Nasional

Meski pemerintah telah menerapkan sejumlah pelonggaran aturan pembatasan COVID-19, namun masyarakat harus tetap mewaspadai penyebarannya, terlebih mutasi dari virus tersebut seperti Omicron.

WowKeren - Pemerintah saat ini diketahui telah memberikan sejumlah pelonggaran aturan pembatasan COVID-19 di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya uji coba dari pandemi menuju ke endemi.

Di samping itu, virus COVID-19 juga masih berevolusi, salah satunya adalah varian Omicron. Sementara itu, varian Omicron juga memiliki beberapa subvarian lainnya seperti BA.1 dan BA.2 atau yang disebut sebagai "Son of Omicron".

Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa berdasarkan hasil studi di Denmark dan Inggris, subvarian Omicron BA.2 lebih cepat menular, jika dibandingkan dengan subvarian BA.1.

Lebih lanjut, Nadia menuturkan bahwa dari segi keparahan, jumlah pasien COVID-19 akibat penularan subvarian Omicron BA.2 yang dirawat di rumah sakit tidak jauh berbeda dari pasien COVID-19 penularan BA.1. Sementara dari efikasi vaksinasi COVID-19, BA.2 bisa mengurangi efektivitas.


"Studi di Denmark, BA.2 memiliki karakteristik mengurangi efektivitas vaksin, tetapi tidak meningkatkan penularan pada individu yang sudah mendapatkan vaksinasi," ujar Nadia dalam diskusi secara virtual bertajuk "Omicron, Benarkah Tidak Berbahaya", Kamis (17/3).

Kemudian dari segi diagnosis, kata Nadia, subvarian Omicron BA.2 itu bisa dideteksi melalui kit SNP (Single Nucleotide Polymorphism) dengan target del 69/70. Namun tidak bisa dideteksi melalui metode SGTF (S-Gene Target Failure) dengan target 69/70.

Di sisi lain, varian Omicron sendiri disebut telah menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia pada Januari-Februari 2022. Kini bahkan ada ancaman lonjakan kasus COVID-19 lagi akibat subvarian BA.2. Varian ini, sudah menunjukkan peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia.

Nadia mengungkapkan bahwa total ada 668 kasus akibat penularan subvarian Omicron BA.2 hingga 15 Maret 2022. "BA.1 itu paling banyak yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus kemarin," ungkap Nadia.

Adapun gejala yang dialami oleh pasien COVID-19 subvarian Omicron, BA.2 tidak jauh berbeda dengan varian lainnya, di antaranya adalah batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan badan terasa pegal.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru