Rencana Putin ke KTT G20 Bali Tuai Pro-Kontra, RI Disebut Tetap Jadi Ketua yang Tak Memihak
AFP/Alexei Druzhinin
Nasional

Duta Besar RI untuk PBB, Dian Triansyah Djani, lantas buka suara terkait isu tersebut. Dian menegaskan bahwa Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 tidak akan memihak ke siapa pun.

WowKeren - Rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk datang ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali menuai pro-kontra. Pihak Ukraina dan negara Barat menentang rencana tersebut dan meminta Indonesia untuk menolak kedatangan Putin.

Duta Besar RI untuk PBB, Dian Triansyah Djani, lantas buka suara terkait isu tersebut. Dian menegaskan bahwa Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 tidak akan memihak ke siapa pun.

"Kami akan tetap sebagai ketua yang tidak memihak dan akan menemukan solusi untuk setiap masalah yang mungkin muncul," tutur Dian, Kamis (24/3).

Menurut Dian, undangan KTT G20 2022 dikirim ke seluruh negara anggota, termasuk Rusia, pada 22 Februari 2022 lalu. Ini berarti, undangan telah dikirim dua hari sebelum Rusia mengumumkan dan melancarkan serangan ke Ukraina.

"Indonesia selalu membangun diplomasi berdasarkan aturan prosedur dan preseden masa lalu, termasuk dalam menjadi tuan rumah G20," kata Dian.


Lebih lanjut, Dian menggarisbawahi bahwa Indonesia akan fokus pada masalah ekonomi dan pemulihan global. Mengingat G20 adalah "forum ekonomi internasional utama".

Di sisi lain, pakar perdagangan ekonomi dunia dan politik internasional dari UGM, Riza Noer Arfani, menilai bahwa Indonesia sebagai Ketua G20 tahun ini berpeluang menjadi juru runding dalam penyelesaian konflik Rusia dan Ukraina. Adapun langkah sebagai mediator disebutnya sesuai dengan prinsip politik bebas aktif.

"Ini sekaligus saatnya menunjukkan secara nyata prinsip politik bebas aktif kita, apalagi dalam pembukaan UUD 1945 kita berkomitmen menjaga perdamaian dan ketertiban dunia," tutur Riza.

Presiden Joko Widodo sebelumnya telah meminta agar peperangan dihentikan. Menurut Riza, pernyataan Jokowi tersebut masih memerlukan sikap berkelanjutan dengan mempertemukan negara-negara yang berkonflik dalam meja perundingan.

"Jika perlu menggandeng India yang akan memegang keketuaan G20 berikutnya setelah Indonesia, atau Brazil sebagai ketua berikut G20 setelah India. Jadi diperlukan langkah-langkah luar biasa untuk diplomatik," tukasnya.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait