Tak Akan Bernasib Seperti Sri Lanka, Sri Mulyani Sebut Penarikan Utang RI Turun Hingga 55,6 Persen
Instagram/smindrawati
Nasional

Sri Mulyani membawa kabar baik soal penarikan utang yang menurun 55,6 persen hingga bulan Maret lalu. hal itu salah satunya akibat penerimaan negara yang makin kuat.

WowKeren - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan penarikan utang hingga Maret 2022 sudah turun sebesar 55,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah utang yang ditarik menurun menjadi Rp 149,6 triliun atau 15,4 persen dari target APBN 2022 senilai Rp 973,6 triliun.

"Penerbitan surat utang sampai dengan bulan Maret justru menurun yang sangat drastis. Itu karena penerimaan negara yang makin kuat, belanjanya terkendali, maka defisitnya dan pembiayaan mengalami penurunan, 55,6 persen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Rabu (20/4).

Sri Mulyani menjelaskan susutnya utang terjadi lantaran penerbitan SBN dan pinjaman neto berkurang. Tercatat, penerbitan SBN susut sebesar Rp 60,4 persen dari Rp 337,2 triliun pada Maret 2021 menjadi Rp 133,6 triliun. Porsi penerbitan ini sebesar 13,5 persen dari target Rp 991,3 triliun. Sementara itu, pinjaman neto terealisasi Rp 16 triliun.

Sri Mulyani itu pun turut menyinggung bahwa kondisi APBN Indonesia sangat berbeda dengan Sri Lanka yang sudah gagal bayar utang luar negeri. Susutnya penarikan utang disebut terjadi karena adanya penyesuaian strategi antisipasi pasar keuangan yang masih fluktuatif dan kondisi kas yang masih cukup.


"Dalam hal ini kita melihat kondisi APBN Indonesia jauh sangat berbeda dengan situasi yang dihadapi oleh negara seperti Sri Lanka. Oleh karena itu, kita akan tetap menjaga secara hati-hati," terangnya.

Sebagai informasi, tingkat inflasi dunia, kondisi geopolitik Rusia-Ukraina, dan aliran modal asing yang keluar karena normalisasi kebijakan moneter menambah risiko di pasar keuangan. Hal ini membuat penerbitan utang lebih berisiko secara jangka panjang.

"Kita sudah menciptakan ketahanan APBN kita dengan kondisi kas yang cukup. Pasar keuangan yang volatile tidak harus dipaksa melakukan pembiayaan untuk APBN. Ini strategi yang pas dan sesuai. Dengan demikian APBN mendapatkan reputasi dan kredibilitas yang baik," jelas Sri Mulyani.

"Jadi Indonesia merupakan salah satu negara yang dalam hal ini kondisi APBN-nya dalam posisi yang cukup baik dengan situasi yang ada, yaitu harga komoditas dan pemulihan ekonomi yang dua-duanya memberi dampak positif sehingga defisit kita menurun," pungkasnya.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait