Makin Banyak Perempuan Jadi Tulang Punggung Keluarga Akibat Pandemi COVID-19
Unsplash/CoWomen
Nasional

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak membahas soal dampak pandemi COVID-19 bagi para perempuan. Ia menyoroti meningkatnya jumlah perempuan yang jadi tulang punggung keluarga akibat pandemi.

WowKeren - Indonesia saat ini berada di masa transisi dari pandemi ke endemi COVID-19. Meski begitu, dampak jangka panjang dari pandemi COVID-19 sejak 2 tahun lalu tampaknya masih akan terus dihadapi masyarakat Indonesia. Termasuk soal meningkatnya jumlah perempuan yang terpaksa harus menjadi tulang punggung keluarga.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga memaparkan dampak pandemi Covid-19 bagi perempuan. Yaitu fakta banyak perempuan harus menjadi tulang punggung perekonomian keluarga karena suami mereka tidak bekerja atau meninggal dunia selama pandemi COVID-19 sejak 2 tahun lalu.

"Cukup signifikan angka perempuan yang terus menjadi tulang punggung dari keluarga mereka karena mungkin suaminya sekarang tidak bekerja atau sudah meninggal dunia akibat Covid-19," ungkap Bintang Puspayoga, dalam 2nd Side Event dengan tema Rebuilding Women's Productivity Post Pandemic yang diikuti di Jakarta, pada Rabu (18/5).

G20 Empower merupakan salah satu working group pada Presidensi G20 Indonesia yang bertujuan mengakselerasi kepemimpinan dan pemberdayaan perempuan di sektor swasta. Bintang mengatakan, perempuan yang bekerja juga menghadapi tantangan yaitu terjadinya gelombang PHK baik di sektor formal, informal dan pekerja migran.


"Ada banyak persoalan yang dihadapi kaum perempuan saat pandemi. Banyak perempuan pekerja di rumahkan, atau bahkan diberhentikan. Itu termasuk pekerja formal, informal, dan migran," ujarnya.

Selain itu, menurut Bintang, bagi pelaku usaha perempuan, tingginya harga bahan baku untuk produksi telah membuat mereka sulit dalam menjaga keberlanjutan usaha mereka. Bintang mengatakan krisis ini telah memperparah kesetaraan gender dan semakin membuat perempuan menjadi rentan.

"Perempuan terkena dampak yang luar biasa besar, mereka juga menghadapi masalah dalam keberlanjutan usaha mereka karena dari tingginya harga bahan baku untuk produksi," lanjut Bintang.

"Krisis ini memperparah ketidaksetaraan gender yang sudah ada sebelumnya dan semakin membuat rentan perempuan yang ada di sini dan meningkatkan tantangan yang dihadapi perempuan terutama yang berkaitan dengan permasalahan ekonomi," pungkasnya.

Diskusi 2nd Side Event G20 Empower ini diharapkan dapat memperkuat komitmen dalam mengatasi isu yang dihadapi perempuan di negara-negara G20. Termasuk juga di seluruh dunia.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru