Kemendikbud Catat 11 Bahasa Daerah di Indonesia Sudah Punah, 25 Lainnya Kini Terancam
Nasional

Keberagaman bahasa daerah di Indonesia terancam punah dari peredaran di tengah arus globalisasi. Bahkan Kemendikbud mencatat sudah ada sebelas bahasa daerah di Indonesia yang punah.

WowKeren - Indonesia jadi salah satu negara yang memiliki bahasa daerah terbanyak di dunia. Namun kini kelangsungan berbagai bahasa daerah di Indonesia tengah terancam, bahkan ada yang sudah punah.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat ada sebanyak 11 bahasa daerah di Indonesia yang telah punah. Berdasarkan data yang diberikan Kemendikbudristek, Provinsi Maluku menjadi daerah yang paling banyak kehilangan bahasa daerah yakni sebanyak delapan bahasa. Sementara itu, tiga bahasa lainnya berasal dari Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Sementara itu, bahasa daerah yang punah antara lain Bahasa Tandia dari Papua Barat, Bahasa Mawes dari Papua, dan Bahasa Ternateno dari Maluku Utara. Kemudian Bahasa Kajeli/Kayeli, Bahasa Piru, Bahasa Moksela, Bahasa Palumata, Bahasa Hukumina, Bahasa Hoti, bahasa Serua, dan Bahasa Nila dari Maluku.

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, M Abdul Khak mengatakan kepunahan 11 bahasa daerah itu disebabkan banyak hal. Di mana masing-masing berbeda-beda penyebabnya.

"Secara umum disebabkan oleh globalisasi yang mengarah ke monolingualisme, kawin silang atau campur antaretnis, migrasi dan mobilitas tinggi, serta sikap bahasa penutur jati," kata Khak, Rabu (29/6) melansir CNNIndonesia.


Selain itu, sebanyak 25 bahasa daerah lain terancam punah karena semua penuturnya berusia 20 tahun ke atas dan jumlahnya sangat sedikit. Generasi tua pun sudah tidak berbicara bahasa daerah itu kepada anak-anak atau hanya berbicara dengan usia sebayanya.

Adapun bahasa daerah yang terancam punah antara lain bahasa Hulung, Bobat, Samasuru yang berasal dari Maluku. Lalu bahasa Mander, Namia, Usku, Dubu, Irarutu, Podena, Makiew, Bku, Mansim Borai yang berasal dari Papua, dan bahasa Ponosokan serta Sangihe Talaud dari Sulawesi Utara.

Kemudian ada bahasa Konjo dari Sulawesi Selatan, bahasa Bajau Tungkai Satu dari Jambi, bahasa Lematang dari Sumatera Selatan, bahasa Minahasa dan bahasa Gorontalo Dialeg Suwawa yang berasal dari Gorontalo.

Selain itu, bahasa Nedebang dan bahasa Adang dari Nusa Tenggara Timur (NTT), bahasa Benggaulu dari Sulawesi Barat, bahasa Arguni dan Kalabra dari Papua Barat, juga terancam punah.

Abdul Khak mengatakan pihaknya berupaya mencegah punahnya bahasa daerah itu dengan meluncurkan program Merdeka Belajar Episode 17: Revitalisasi Bahasa Daerah". Dalam program ini, kata Khak, dilakukan upaya memperkenalkan bahasa daerah dari generasi tua ke generasi muda, terutama usia SD dan SMP.

Sebagai informasi, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek mengategorikan status bahasa daerah di Indonesia menjadi kategori aman, stabil tetapi terancam punah, mengalami kemunduran, terancam punah, kritis, dan punah.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait