Belum Pernah Terjadi, Harga Sawit Terjun ke Angka Rp 500 per Kg Buat Petani Makin Meradang
Pxhere
Nasional

Petani sawit kini semakin khawatir dengan harga TBS yang terjun bebas ke angka Rp 500 per kg. Petani mengungkap penurunan drastis harga sawit hingga ke angka Rp 500 per Kg belum pernah terjadi sebelumnya.

WowKeren - Pemerintah berjanji untuk mengatasi persoalan minyak goreng, termasuk masalah harga TBS (tandan buah segar) sawit yang anjlok. Namun nyatanya hingga kini persoalan harga sawit belum juga teratasi. Bahkan, di sejumlah daerah, harga TBS malah semakin terjun bebas.

Di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, harga TBS sawit bahkan terjun ke angka Rp 500 per kg. Hal itu tentu membuat para petani makin meradang. Petani sawit menyebut anjloknya harga sawit hingga ke titik Rp 500 per kg belum pernah terjadi sebelumnya.

"Setahu saya ini yang paling murah. Sebelumnya tidak pernah sampai Rp 500 per kilogram," ungkap salah satu petani sawit swadaya di daerah itu, Ade Wira, Rabu (13/7) melansir Tempo.com.

Ade memiliki kebun sawit di daerah Mosa Julu, Desa Gunung Baringin, Kecamatan Angkola Selatan, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Sejak memulai usaha sawit tahun 2011, dirinya dibantu oleh lima orang pemanen. Namun suah 2 minggu ini kelima pemanen itu berhenti beroperasi. Pasalnya, harga TBS sawit yang anjlok otomatis membuat biaya operasional maupun produksi tidak dapat dipenuhi.

Di lain pihak, banyak Pabrik Kelapa Sawit yang tak lagi menampung TBS sawit karena stok CPO dalam tangki sudah penuh. Jika kondisi ini terus terjadi, Ade mengkhawatirkan kondisi masyarakat petani sawit.


"Kalau harganya terus-terusan seperti ini, masyarakat nanti tidak punya penghasilan. Untuk kebutuhan sehari-hari, untuk sekolah anak," ungkap Ade.

Ade juga menyinggung soal ancaman peningkatan kriminalitas sebagai efek domino dari anjloknya harga sawit. Hal itu lantaran tak sedikit warga di daerahnya menggantungkan hidup dari pekerjaan di bidang sawit.

"Warga kampung situ juga mengharapkan dari panen sawit. Makanya kalau kondisi seperti ini bisa memicu penyakit masyarakat seperti mencuri dan segala macam," beber Ade.

Muhammad Iqbal Harahap, petani sawit asal, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan, juga mengungkap hal serupa. Iqbal menyebut, penurunan harga sawit berbarengan dengan harga pupuk justru masih tinggi. Tak ayal, petani swadaya di daerah itu terpaksa berhenti panen akibat harga sawit yang tak mampu menutupi biaya operasional-produksi.

"Terpaksa berhenti panen. Anggota kurang gaji, upah panen. Pupuk masih mahal sementara harga turun," pungkas Iqbal.

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait