KSP Klaim Strategi 'Gas dan Rem' Jokowi Berhasil Jaga Daya Tahan Ekononi RI di Masa Pandemi COVID-19
presidenri.go.id
Nasional

Selama pandemi COVID-19 melanda Indonesia, memiliki dampak terhadap kehidupan perekonomian Tanah Air. Akan tetapi, Presiden Jokowi memiliki strategi untuk menjaga laju perekonomian Indonesia.

WowKeren - Di masa pandemi COVID-19, perekonomian Indonesia mengalami kegoyahan. Pemerintah pun menerapkan sejumlah kebijakan sekaligus strategi agar perekonomian Indonesia tetap terjaga.

Terkait hal itu, Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono mengklaim bahwa strategi "gas dan rem" yang diterapkan Presiden Joko Widodo telah berhasil menjaga daya tahan ekonomi Indonesia pada masa pandemi COVID-19 dan ketidakpastian global yang juga dihadapi negara di dunia.

Edy menuturkan bahwa sejak awal Jokowi telah konsisten dalam menjaga keseimbangan antara aspek kesehatan dan ekonomi dalam penanganan COVID-19 melalui pendekatan "gas dan rem". Strategi ini pun telah terbukti, di mana menunjukkan hasil yang sangat baik, bahkan tidak hanya pada penanganan pandemi, tetapi juga pemulihan ekonominya.

Meski awalnya dikritik, namun kata Edy, strategi tersebut telah terbukti membawa hasil bagi ekonomi Indonesia yang pulih dan tumbuh dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen pada triwulan pertama di tahun 2022.


Selain itu, pemerintah juga dinilai konsisten dalam mengendalikan inflasi, di mana di Indonesia terbilang lebih baik daripada negara lain meski mencapai 4,35 persen pada Juni 2022.

Edy kemudian menerangkan bahwa pengendalian inflasi itu dilakukan melalui kebijakan moneter dan fiskal. Bank Indonesia disebut masih mempertahankan suku bunga acuan tetapi di sisi lain meningkatkan giro wajib minimum agar jumlah uang beredar tidak terlalu besar pada sektor moneter.

Sedangkan dari sisi fiskal, Edy menuturkan bahwa pemerintah menganggarkan subsidi dan kompensasi untuk energi, baik bahan bakar minyak (BBM), listrik, maupun elpiji. Hal ini lantaran pemerintah tahu bahwa kenaikan harga BBM dan gas bersubsidi bisa memicu kenaikan harga berbagai barang dan jasa yang berimplikasi pada angka inflasi yang lebih tinggi lagi.

Selanjutnya, Edy menerangkan bahwa pemerintah juga berupaya menurunkan angka pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi atau pelatihan untuk memberikan bekal kepada para calon pekerja. Menurutnya, sejauh ini pertumbuhan ekonomi telah menunjukkan pertumbuhan dan telah menurunkan angka pengangguran dari 6,49 persen menjadi 5,83 persen pada Februari 2022.

"Memang belum sepenuhnya kembali ke kondisi sebelum pandemi, yakni 5,28 persen per Agustus 2019," tutup Edy.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait