Ahli bedah saraf Cho Seong Yoon mengungkap penyakit Hong Hae In (Kim Ji Won) itu mungkin setara dengan glioblastoma, jenis tumor otak ganas yang paling umum.
- Farida Amalia Dwi Yanti
- Jumat, 19 April 2024 - 14:15 WIB
WowKeren - Nasib akhir dari karakter Hong Hae In (Kim Ji Won) menjadi pertanyaan yang paling membuat penonton "Queen Of Tears". Pasalnya, wanita dari keluarga konglomerat itu didiagnosa menderita tumor otak dengan sisa hidup tidak lama lagi.
Penyakit Hae In di "Queen Of Tears" bahkan sampai membuat ahli bedah saraf asli asal Korea Selatan yakni Cho Seong Yoon ikut buka suara. Pria itu membongkar fakta mengejutkan kalau penyakit yang diderita Hae In adalah penyakit fiksi buatan penulis naskah.
"Sebenarnya, aku pertama kali melihat 'cloud cell tumor' di drama. Saat aku mencari tahu, ternyata itu adalah penyakit fiksi yang diciptakan oleh penulisnya," ujar ahli bedah saraf itu. Ia lantas ditanyai apakah penyakit fiksi Hae In itu mirip dengan yang ada di dunia nyata.
Ahli bedah sraf Seong Yoon berkata, "Aku sangat memperhatikan apa yang dimaksud dengan 'cloud cell tumor' dalam drama. Dilihat dari gambar MRI, sepertinya itu adalah tumor otak ganas yang menyebar seperti awan bukannya membentuk benjolan di otak."
"Sepertinya nama yang sangat pas untuk ciri-ciri tumor otak ganas yang bentuknya tidak jelas dan menyebar seperti awan. Menurutku, perasaan penulis naskah yang menamainya (penyakitnya) dengan mencampurkan kata 'cloud' sangat bagus," imbuhnya.
Ahli bedah saraf Seong Yoon mengungkap penyakit fiksi Hae In itu mungkin setara dengan glioblastoma, jenis tumor otak ganas yang paling umum. Sayangnya, orang-orang yang menderita glioblastoma punya kelangsungan hidup yang rendah.
"Tingkat kelangsungan hidup tumor otak sangat bervariasi tergantung pada apakah tumor tersebut jinak atau ganas dan di mana tumor tersebut terjadi. Sayangnya, glioblastoma merupakan salah satu tumor dengan tingkat kelangsungan hidup terendah," tuturnya.
Sang ahli saraf pun membahas terapi sel CAR-T yang di dalam "Queen Of Tears" dimungkinkan bisa menyebuhkan Hae In. "Aku menyadari ada upaya eksperimental untuk mengobati glioblastoma dengan metode ini, tetapi ini bukanlah metode pengobatan umum yang diterapkan secara luas pada pasien," pungkasnya.
(wk/amal)