PSI menilai bahwa selama ini Sandiaga Uno memang kerap bersandiwara di hadapan publik.
- Bertilia Puteri
- Selasa, 12 Februari 2019 - 15:57 WIB
WowKeren - Ibunda Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno, tengah ramai diperbincangkan. Pasalnya, wanita bernama Mien Uno tersebut menantang pihak yang menyebut putranya sebagai "Sandiwara Uno" untuk meminta maaf. Mien mengaku merasa sakit hati anak yang telah ia didik dan besarkan disebut sebagai tukang sandiwara.
Kini giliran Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang mengomentari pernyataan ibunda Sandi tersebut. PSI justru memberikan kritik pada mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Sebenarnya kritik pada Sandiaga Uno masih wajar kalau dibanding dengan fitnah dan hoaks yang menyerang ibu Jokowi yang dituduh bukan ibu asli. Harus tes DNA segala, dikaitkan dengan PKI, dan diragukan keislamannya," tutur Ketua DPP PSI, Guntur Romli, Selasa (12/2). "Nah yang memfitnah ibu Jokowi itu pendukung Sandiaga. Harusnya ibunya Sandi lebih marah soal ini sesama ibu."
Tak hanya itu, Guntur juga membenarkan bahwa selama ini Sandi memang kerap bersandiwara. Ia pun menyebut bahwa publik sudah lelah dengan kebohongan Sandi.
"Selama ini Sandiaga Uno memang bermain sandiwara, dari yang katanya diusir, ada yang nangis-nangis, bertemu nelayan yang katanya dipersekusi," terang Guntur. "Bertemu korban banjir yang badannya diolesi lumpur, tempe setipis kartu ATM, dan lain-lain. Jadi wajar publik muak dengan sandiwara Sandi."
Diketahui, istilah "Sandiwara Uno" memang banyak beredar di media sosial. Guntur pun menambahkan apabila Mien tidak terima dengan istilah tersebut, mereka dapat menggantinya.
"Tapi kalau ibunya Sandi tidak mau terima dengan tagline 'Sandiwara Uno'," ujar Guntur. "Kita ganti saja dengan 'Sandiwara Anak Mami'."
Sebelumnya, Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin telah memberikan tanggapan mereka kepada Mien. TKN Jokowi-Ma'ruf menilai bahwa orangtua tidak seharusnya dibawa-bawa ke ranah politik. Peran orangtua tokoh politik Indonesia seharusnya hanya sebagai dukungan moral saja.
(wk/Bert)