Guru Besar UI Kritik Wacana Rekrut Rektor Asing Tiru Singapura, Singgung Politisasi Jabatan di PTN
Instagram/hikmahantojuwana
Nasional

Menghadirkan rektor asing tak serta merta mampu meningkatkan kualitas perguruan tinggi. Ada banyak masalah yang harus dihadapi seperti kentalnya nuansa politik dalam pengisian jabatan di universitas.

WowKeren - Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana mengkritik pernyataan Stafsus Presiden Adita Irawati soal Singapura menjadi salah satu contoh untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi negeri karena rektor asing. Menurutnya, Adita kurang memahami kondisi yang dihadapi oleh PTN di Indonesia.

"Stafsus Presiden, Adita Irawati, menyampaikan ide Presiden untuk mengundang rektor berasal dari luar negeri dengan mencontohkan Singapura," kata Hikmahanto melalui keterangannya, Rabu (31/7). "Ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak memahami masalah mendasar yang dihadapi oleh PTN di Indonesia."

Salah satu masalah mendasar tersebut adalah penggunaan bahasa dalam mengajar. Singapura bisa melesat dengan aktor dari luar negeri karena proses belajar mengajar dilakukan dengan bahasa Inggris. Sehingga, dosen tak kesulitan membuat penelitian dalam bahasa Inggris.

"Bila rektor asal asing memimpin PTN di Indonesia alangkah sulitnya bagi rektor tersebut untuk memastikan proses belajar mengajar dalam Bahasa Inggris," lanjutnya. "Bahkan sulit untuk membentuk budaya meneliti bagi para dosennya dan memastikan hasilnya masuk dalam jurnal."


Selain itu, pemerintah Singapura juga diketahui melakukan investasi besar-besaran pada dunia pendidikan sehingga dana yang dianggarkan juga sangat besar. Misalnya dalam membangun perpustakaan maupun laboratorium.

"Belum lagi pemerintah Singapura telah berkomitmen untuk menjadikan universitasnya hubungan pendidikan tinggi bagi para mahasiswa di kawasan," jelas Hikmahanto. "Untuk itu pemerintah Singapura melakukan investasi besar-besaran."

Lebih jauh, Hikmahanto menyinggung adanya nuansa politik yang kental dalam pengisian jabatan di universitas. Politisasi jabatan tersebut tak hanya terbatas dari dalam universitas namun juga dari luar. Inilah salah satu alasan mengapa PTN Indonesia tak bisa masuk ke peringkat besar dunia.

"Masalah terbesar bagi PTN untuk maju dan masuk peringkat 50 besar dunia adalah belenggu kentalnya nuansa politik. Di setiap lini kegiatan mulai dari kemahasiswaan hingga para pengajar nuansa politik masih sangat kental," tegas Hikmahanto. "Jabatan-jabatan di universitas dipolitisasi. Tidak saja yang berasal di dalam universitas, tetapi dari luar universitas."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait