Ragukan Keberadaan Afiliasi ISIS di Papua, Pengamat: Itu Hanya Alasan Polisi
Nasional

Pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst, Harits Abu Ulya, menilai kecil kemungkinan kelompok afiliasi ISIS memiliki jaringan di Papua lantaran agama Islam termasuk dalam kategori minoritas di sana.

WowKeren - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu sempat menyebut bahwa kelompok terafiliasi jaringan ISIS ikut menunggangi kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Menurut Ryamizard, sejumlah kelompok memang menginginkan pembebasan Papua dari Indonesia, salah satunya adalah kelompok yang terafiliasi ISIS itu.

Pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamic Analyst, Harits Abu Ulya, lantas menilai bahwa dugaan tersebut tak masuk akal. Ia juga menyebut bahwa tudingan tersebut hanya alasan kepolisian untuk menutupi masalah yang sebenarnya terjadi di Papua. "Di Papua itu hanya alasan polisi menutupi dengan masalah yang tidak relevan dari masalah yang sesungguhnya," tutur Harits dilansir CNN Indonesia pada Sabtu (7/9).

Sebelumnya, pihak kepolisian juga menyampaikan bahwa afiliasi ISIS yang diduga berada di Papua ini adalah Jamaah Ansarut Daulah (JAD). Kelompok ini diklaim sudah dua tahun terdeteksi di Papua, namun baru aktif selama setahun belakangan.

Polisi menyebut JAD terdeteksi di sejumlah wilayah, di antaranya adalah Jayapura, Wamena, Fakfak, Manokwari, dan Merauke. Namun, Harits menilai kecil kemungkinan JAD memiliki jaringan di Bumi Cendrawasih lantaran agama Islam termasuk dalam kategori minoritas di sana.


"Mungkin ada satu sampai dua orang (JAD) pindah ke sana. Tapi di sana kan orang Muslim minoritas, tidak mudah juga rekrut orang," jelas Harits. "Lagian ngapain bikin basis di pedalaman yang minoritas."

Harits lantas menjelaskan bahwa selama ini basis JAD lebih banyak berada di Jawa dan Lampung. Umumnya, JAD menyasar wilayah yang memiliki masyarakat Muslim agar mudah melakukan perekrutan. Sedangkan mayoritas penduduk Papua lebih banyak beragama Kristiani.

"Paling tidak harusnya kan di situ banyak orang Muslim untuk tukar gagasan, supaya bisa direkrut," terang Harits. "Di sana (Papua) kan enggak seperti itu suasananya."

Oleh sebab itu, Harits meminta polisi fokus mengungkap sumber kerusuhan Papua daripada mencari alasan lain dengan menuding JAD. Ditambah lagi, Harits menilai bahwa kecil kemungkinan anggota JAD terlibat kerusuhan seperti yang terjadi di Papua dan Papua Barat belakangan ini.

"Enggak mungkin dia bikin kerusuhan begitu. Enggak punya kemampuan seperti itu JAD," pungkas Harits. "Tudingan begini kan sudah berkali-kali ya tiap ada isu besar katanya disusupi teroris, sehingga keluar asumsi seperti itu. Tapi ternyata enggak ada."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru