Bocah SD di Poso Nangis Gara-Gara Tak Dapat Hadiah Usai Juarai Maraton 21 KM, Ini Faktanya
Nasional

Seorang siswi SD di Desa Pandiri, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso, bernama Asmarani Dongku menangis usai mengetahui maraton berjarak 21 kilometer yang diikutinya tidak menyediakan hadiah untuk pemenang.

WowKeren - Kegiatan maraton bertajuk Poso-Toyado Half Marathon yang diselenggarakan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Sulawesi Tengah pada 25 Januari 2020 kemarin diwarnai oleh air mata pesertanya. Seorang siswi SD di Desa Pandiri, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso, bernama Asmarani Dongku menangis usai mengetahui maraton berjarak 21 kilometer yang diikutinya tersebut tidak menyediakan hadiah untuk pemenangnya.

Asmarani mengaku berhasil mendapat gelar juara I dalam lomba lari maraton tersebut. Siswi yang masih duduk di kelas VI SD tersebut mengaku tidak akan capek-capek mengikuti maraton itu jika dari awal tahu bahwa tidak ada hadiah yang menantinya.

"Saya menangis, capek dan tidak ada hadiahnya, nanti di finish baru dibilang tidak ada hadiahnya," ujar Asamarani dilansir Antara pada Kamis (30/1). "Kalau saya tahu tidak ada hadiahnya, saya tidak akan ikut."

Menurut Asmarani, dirinya terkait mengikuti Poso-Toyaro Half Marathon berkat ajakan tetangganya. Asmarani sendiri sudah berpengalaman mengikuti berbagai lomba lari, yang mana dirinya selalu mendapat hadiah berupa uang tunai kala berhasil menjadi juara. Jumlahnya pun beragam, mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 3 juta untuk juara I.

Di sisi lain, pernyataan siswi SD ini tidak sesuai dengan klaim peserta lain. Seorang wanita berusia 35 tahun bernama Nurlina mengaku menjadi peserta pertama yang mampu tiba di garis finish Poso-Toyado Half Marathon.

"Dari pengumumannya, saya adalah cewek pertama yang tiba di finis terakhir dan dipasangkan pita," ungkap Nurlina dilansir PaluPoso pada Kamis (30/1). Nurlina juga menyebut bahwa maraton tersebut memang bukan dibuat sebagai ajang kompetisi, melainkan ajang partisipasi komunitas dalam syukuran pemerintah telah menyelesaikan pekerjaan jalan.


Menyikapi maraknya pemberitaan tentang Asmarani yang menangis tak dapat hadiah meski jadi juara, Nurlina pun mengaku tidak mengetahui pasti. Nurlina hanya tahu bahwa dirinya adalah peserta perempuan yang pertama sampai di garis finis.

"Kami dari Team Runners Palu ada 12 orang yang mendaftar tetapi yang ikut hanya 8 orang," kata Nurlina. "Kata panitia ada yang sampai pertama tetapi naik motor makanya tidak dipasangkan pita dan saya nomor 125 yang diumumkan sampai di garis finish pertama."

Berdasarkan data peserta yang ikut berpartisipasi, terdapat lebih dari 100 orang pelari. Sesuai dengan data urutan peserta, yang pertama mencapai garis finish ada Nurlina dan yang kedua adalah Ade Putra. Sedangkan Asmarani tercatat masuk di urutan ke-19, bukan urutan pertama.

Sementara itu, kisruh soal hadiah maraton ini ditanggapi oleh Kepala Dinas PU Sulteng Saifullah Djafar. Menurut Saifullah, Poso-Toyado Half Marathon memang bukan kegiatan yang dilombakan. Saifullah menyebut bahwa sebelumnya telah disampaikan para pemenang tidak akan mendapat.

Pihak panitia hanya menyiapkan medali bagi seluruh peserta yang sampai ke garis finish. "Medali sebagai simbol bahwa peserta pernah ikut serta pada acara yang dilaksanakan," terang Saifullah.

Terkait kasus Asimarani, Saifullah menyebut bahwa siswi tersebut masuk melalui komunitas PUPR Poso Runner. Dan semua klub lari yang akan ikut serta pada acara tersebut disebut telah mengetahui kondisi yang ada.

"Pada kasus anak SD yang dimaksud, setelah kami telusuri ternyata anak tersebut masuk melalui komunitas PUPR Poso Runner," pungkas Saifullah. "Dan pihak komunitas PUPR Poso Runner sudah menjelaskan ke yang bersangkutan bahwa kegiatan ini memang tidak disiapkan hadiah dan bukan kegiatan yang dilombakan."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait