Indonesia Diminta Tiru Singapura Soal Penanganan Corona, Jawaban 'Sadis' Jubir Jadi Sorotan
Nasional

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, menjadi sorotan usai melemparkan jawaban yang cukup tajam ketika diminta meniru Singapura dalam penanganan wabah COVID-19.

WowKeren - Masyarakat Indonesia dibuat panik dengan lonjakan jumlah kasus positif COVID-19 selama sepekan belakangan. Sebagai pengingat, awalnya Presiden Joko Widodo mengumumkan 2 kasus positif pertama pada Senin (2/3) lalu, sedangkan data terakhir yakni pada Rabu (11/3) kemarin tercatat ada 34 kasus positif dengan 1 pasien dinyatakan meninggal dunia.

Tentu saja hal ini membuat masyarakat mendesak pemerintah untuk melakukan hal semaksimal mungkin agar wabah COVID-19 tak semakin menyebar. Namun upaya pemerintah tetap menuai kritikan dari masyarakat, salah satunya terkait transparansi data para pasien.

Masyarakat pun tampaknya memiliki standar tersendiri terkait transparansi data pasien ini, salah satunya Singapura. Hal ini seperti yang diungkap dalam acara talkshow "Mata Najwa".

"Kalau kita belajar dari Singapura, betapa mereka sangat transparan, sampai kemudian memberi tahu secara live pasiennya dimana, apa yang mereka lakukan, tracing-nya seperti apa," ujar Najwa Shihab selaku moderator acara.

Indonesia Diminta Tiru Singapura Soal Penanganan Corona, Jawaban \'Sadis\' Jubir Jadi Sorotan

YouTube

Najwa lantas menunjukkan seberapa detailnya data yang diberikan otoritas Singapura yang bisa diakses secara bebas. "Apakah kita akan mengikuti mereka?" imbuh Najwa, dilansir pada Kamis (12/3).


Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, pun memberikan jawabannya soal saran ini. Namun jawabannya yang cukup tajam pun menjadi sorotan banyak pihak.

"Ya ini sesuatu yang ideal ya semestinya, tapi kondisi kita berbeda dengan dengan Singapura," kata Yuri. "Kemarin begitu ada satu kasus ter-publish dan sekarang pasiennya depresi, karena kami yang merawat."

"Kemudian kami menyebutkan ada penularan dari satu negara," imbuhnya. "Sekarang negaranya ada diskriminasi, terhadap warga negaranya, dan kita diprotes oleh kedutaan besar."

Diketahui pasien kasus 01 dan 02 mengalami depresi pasca identitasnya terungkap ke publik. Di sisi lain, WN Jepang mengaku mengalami diskriminasi pasca pasien kasus 01 dan 02 terungkap tertular virus Corona dari seorang warga negara tersebut yang kebetulan tengah bertandang ke Jakarta.

"Oleh karena itu kita harus bertahap dalam mendewasakan masyarakat. Tidak berarti sistem di Singapura, yang saya akui bagus, bisa diimplementasikan di sini," terang Yuri.

"Inilah yang menyebabkan kita tidak menempatkan cara yang dipakai di Singapura adalah yang terbaik yang bisa diimplementasikan di Indonesia. Berarti edukasi yang menjadi penting ke seluruh masyarakat," pungkasnya.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait