Peneliti Harvard Beber Aib Besar Yang Bikin Jakarta 'Panen' Pasien Meninggal COVID-19
Nasional

DKI Jakarta mencatatkan angka pasien positif dan tingkat kematian akibat COVID-19 yang cukup tinggi. Belakangan dugaan di balik fenomena ini diungkap peneliti Harvard.

WowKeren - Hingga Rabu (15/4) hari ini, tercatat ada 5.136 pasien positif COVID-19 di Indonesia. Sebanyak hampir 50 persennya berada di DKI Jakarta.

Ibu Kota pun tak hanya menjadi daerah dengan pasien positif terbanyak di Indonesia, tetapi juga dari segi kasus meninggalnya. Tercatat dari 2.742 pasien positif di DKI Jakarta, sebanyak 242 dikonfirmasi meninggal dunia.

Tentu ratusan nyawa yang melayang ini tak bisa dipandang sebelah mata. Penyebabnya pasti harus diungkap, dan itulah yang baru-baru ini dianalisis oleh peneliti dari Universitas Harvard.

New Nationwide Study dari Universitas Harvard menyebut ada kaitan antara tingkat paparan polusi udara terhadap rasio kematian akibat COVID-19. Para peneliti ini tak spesifik meneliti di Indonesia, melainkan di Manhattan yang kesibukannya tak jauh beda dengan kondisi di Ibu Kota.

Dalam analisisnya terhadap 3.080 kota di AS, peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat T.H Chan Universitas Harvard menemukan semakin tinggi tingkat partikel kecil berbahaya dalam udara yang biasa disebut PM 2,5 semakin tinggi pula rasio kematian akibat COVID-19.


"Hasil dari studi kami memperlihatkan paparan polusi udara jangka panjang akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit COVID-19," tulis laporan para peneliti, dilansir dari Tirto, Rabu (15/4).

Lewat studi ini, para peneliti memproyeksikan adanya penurunan sebanyak 248 kasus bila Manhattan bisa mengurangi rata-rata particular matter hingga satu mikrogram per meter kubik. "Studi ini membuktikan kota dengan tingkat polusi tinggi, rasio kematiannya lebih tinggi akibat COVID-19," ungkap Fransesca Dominici selaku ketua tim riset.

Tentu kualitas udara di Manhattan tak jauh berbeda dengan DKI Jakarta. Bahkan, sebagai pengingat, beberapa waktu lalu DKI Jakarta kerap menyandang predikat sebagai salah satu "juara" daerah dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Dalam sebulan terakhir saja misalnya, kualitas udara Jakarta berada pada status unhealthy (merah), unhealthy for sensitive groups (oranye), dan moderate (kuning). Hanya sekali Jakarta mencetat rekor dengan status baik atau hijau, yakni pada 7 April 2020.

Namun tingkat polutan yang tinggi bukan satu-satunya penyebab tingginya angka kematian akibat COVID-19 di Jakarta. Misalnya saja faktor kepadatan penduduk hingga tingkat mobilitas yang menyebabkan tingkat penularan wabah antar warga begitu tinggi.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru