Media Asing Sebut Indonesia Tengah Menuju Bencana Jika Terapkan New Normal
AFP/Dasril Roszandi
Nasional

Sebuah media asing menyoroti kondisi Indonesia yang berencana menerapkan new normal di tengah kasus pasien positif virus COVID-19 yang masih terus bertambah.

WowKeren - Presiden Joko Widodo sedang merencanakan penerapan new normal di Indonesia. Penerapan new normal bertujuan untuk menggerakkan roda perekonomian negara yang menurun akibat pandemi virus corona atau COVID-19.

Namun kebijakan new normal di Indonesia menjadi sorotan salah satu media asing. Dikutip dari Asia Times pada Rabu (10/6), Indonesia disebut sedang menuju bencana jika menerapkan new normal saat wabah COVID-19 belum ditangani dengan baik.

"Kemampuan Indonesia untuk mengatasi krisis ekonomi dan kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh COVID-19 selalu menjadi hal yang sulit," demikian kutipan dari Asia Times pada artikel yang diterbitkan Senin (8/6). "Tetapi Presiden Joko Widodo baru-baru ini mengumumkan kebijakan 'New Normal', yang dimaksudkan untuk memulai kembali ekonomi Indonesia yang sedang merosot, diluncurkan bersamaan dengan upaya untuk menyesatkan dan menutup-nutupi risiko epidemi."

Lebih lanjut, Asia Times menyebutkan bahwa para ahli telah memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia yang terlalu dini akan menyebabkan wabah berlangsung lebih lama. Hal ini tentunya berdampak pada gangguan ekonomi dalam jangka yang lebih panjang.


Menurut mantan anggota Satuan Tugas Nasional Covid-19 Indonesia, Dr Corona Rintawan mengatakan bahwa pandemi Covid-19 membawa pemerintahan Indonesia ke arah terburuk. Dr Corona menyoroti kebijakan Jokowi tentang new normal yang akan mendatangkan lebih banyak infeksi dan kebingungan daripada cara yang lebih aman ke depannya.

"Kami sangat kekurangan dalam pengujian dan pelacakan. Kapasitas kamu untuk melakukan pengujian PCR jauh dari target 20 ribu tes setiap hari," ungkap Dr Corona. "Tapi sekarang semuanya santai, ekonomi sedang dibangkitkan, sekolah dibuka kembali, ibadah di tempat umum kembali diizinkan, semuanya atas nama narasi 'New Normal'."

Selain itu, Asia Times juga menyebut Indonesia hampir setara dengan Afghanistan sebagai negara yang paling rendah melakukan tes. Dr Corona pun menanggapi adanya kecurigaan jumlah kematian akibat COVID-19 yang dua hingga tiga kali lipat daripada laporan data resmi.

"Ambil contoh ketika seorang pasien yang diklasifikasikan sebagai 'di bawah pengawasan' meninggal dan beberapa hari kemudian diketahui bahwa mereka positif COVID-19," ujar Dr Corona. "Beberapa pemerintah daerah, dan saya tidak akan mengatakan yang mana, melaporkan pada saat itu bahwa almarhum negatif untuk Covid-19 meskipun hasil tes masih tertunda. Ini karena mereka tidak ingin mendapat masalah jika jumlah kematian kemudian meningkat."

(wk/evaa)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait