Sebelumnya obat Dexamethasone disarankan WHO untuk menyelamatkan pasien COVID-19. Namun pendapat mengejutkan disampaikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI soal obat tersebut.
- Trias Rohmadoni Alandari
- Jumat, 19 Juni 2020 - 17:53 WIB
WowKeren - Hingga kini belum ada obat dan vaksin yang benar-benar dinyatakan manjur untuk mengobati COVID-19. Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendukung tenaga medis dunia menggunakan obat dexamethasone untuk menyelematkan nyawa pasien Corona. Bahkan obat tersebut menurut penelitian Inggris, berhasil menyelamatkan pasien COVID-19 dengan komplikasi gejala klinis berat.
Di sisi lain Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memberi peringatan pada penggunaan obat tersebut. Dexamethasone adalah obat golongan steroid dan merupakan obat keras sehingga hanya bisa digunakan dengan resep dan dalam pengawasan dokter.
Mereka juga menegaskan obat tersebut tidak dapat digunakan untuk mencegah Corona."Deksametason tidak dapat digunakan untuk pencegahan COVID-19," tulis BPOM RI dalam keterangan tertulisnya seperti dilansir dari DetikHealth.
Beberapa efek samping dexamethasone dapat terjadi bila digunakan tanpa indikasi medis seperti halnya menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan tekanan darah. Penggunaan obat tersebut juga dapat menyebabkan diabetes, moon face (wajah membulat), masking effect serta efek samping lainnya yang berbahaya.
Selain itu ditegaskan juga hingga saat ini belum ada obat yang secara spesifik digunakan untuk COVID-19. Sejauh ini obat yang telah digunakan untuk Corona adalah sebagai obat uji saja.
Dalam penelitian di Oxford University, disebutkan bahwa penggunaan dexamethasone dapat menurunkan angka kematian pada pasien COVID-19 berat yang menggunakan ventilator. Obat tersebut tidak berguna pada kasus ringan dengan pasien yang tak dirawat di rumah sakit.
Sementara itu berdasarkan data dari Worldometers hingga Jumat (19/6), kasus virus corona secara global telah menembus 8.606.817. Sebanyak 456.939 orang meninggal dunia dan 4.557.355 pasien dinyatakan sembuh dari COVID-19.
(wk/tria)
