IDI Bongkar Penyebab Banyak Nakes Surabaya Meninggal Kena COVID-19
Twitter
Nasional

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) membongkar penyebab banyaknya kasus tenaga kesehatan (nakes) di Surabaya yang meninggal setelah terinfeksi virus corona (COVID-19).

WowKeren - Provinsi Jawa Timur (Jatim) saat ini telah menjadi wilayah dengan kasus virus corona (COVID-19) tertinggi di Indonesia. Kota Surabaya dilaporkan menjadi penyumbang kasus COVID-19 terbanyak di Jatim.

Tak sampai disitu, kasus tenaga kesehatan (nakes) di Surabaya yang meninggal karena virus corona juga cukup tinggi. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) lantas mengungkap penyebab banyaknya nakes di Kota Pahlawan yang meninggal akibat virus asal Wuhan, Tiongkok tersebut.

Ketua IDI Surabaya Brahmana Askandar menjelaskan jika nakes memang paling rentan terinfeksi COVID-19 lantaran berada di garda terdepan. Menurutnya, banyak nakes yang meninggal di Surabaya dikarenakan sejumlah rumah sakit (RS) rujukan virus corona disana sudah melampaui kapasitas (overload).

”Begini, ketika RS itu overload pasti paparan untuk nakes semakin tinggi,” jelas Brahmana seperti dilansir dari Detik, Selasa (30/6). “Lah, nyatanya kan RS memang sebagian overload pasien COVID-19, sehingga otomatis paparan ke nakes akan semakin tinggi. Kemudian nakes kan bekerja semakin berat dan terpapar lebih lama.”


Banyaknya nakes yang meninggal terkena virus corona membuat IDI mempertanyakan protokol kesehatan di rumah sakit. Menurut Brahmana, setiap rumah sakit yang memiliki kasus nakes meninggal akibat tertular COVID-19 perlu segera melakukan evaluasi dan mitigasi penyebabnya sehingga kejadian tersebut tidak terulang kembali.

”Karena COVID-19 ini adalah sesuatu yang baru, karena protokol itu mungkin gak bisa sama di satu daerah dengan daerah lainnya, harus mitigasinya, harus ada evaluasinya,” saran Brahmana. “Ternyata evaluasi oleh RS sudah dilakukan dan dilakukan pembenahan berdasarkan evaluasi itu.”

Evaluasi yang bisa dilakukan setiap rumah sakit adalah terkait penanganan pasien di UGD. Brahmana menyarankan jika penanganan di UGD harus memiliki alur terpisah antara pasien virus corona dan non COVID-19. “Jadi kan learning by doing. Jadi ada pengalaman, evakuasi, dan diperbaiki gitu," kata Brahmana.

Sedangkan untuk nakes yang terinfeksi virus corona, IDI meminta agar rumah sakit tempat nakes tersebut bekerja bisa memberikan jaminan kesehatan penuh. “Nakes itu jaminan kesehatannya dijamin oleh RS tempat dia bekerja. Bahkan kalau perlu dirujuk, RS akan melakukan rujukan,” pungkasnya.

Berdasarkan data covid19.go.id hingga Selasa (30/6) siang, kasus virus corona di Jawa Timur telah mencapai 11.795 orang. Sebanyak 4.012 pasien dinyatakan sembuh sedangkan angka kematian mencapai 896 orang. Kota Surabaya menjadi penyumbang kasus COVID-19 terbanyak, sebesar 5.606 orang.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru