Jokowi Yakini Pembatasan Sosial Jenis Ini Lebih Ampuh Tekan Kasus Corona Daripada PSBB
Getty Images/Pool
Nasional

Presiden Joko Widodo meyakini jika pembatasan sosial jenis ini lebih ampuh dan efektif dalam menekan laju penyebaran virus corona daripada kebijakan PSBB. Kenapa?

WowKeren - Juru bicara Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Wiku Adisasmito menyarankan kebijakan PSBM untuk menekan laju penyebaran virus corona. Saran tersebut rupanya juga diyakini Presiden Joko Widodo lebih ampuh dan efektif dalam mencegah penyebaran COVID-19 ketimbang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

PSBM merupakan Pembatasan Sosial Berskala Mikro. Dengan ini, PSBM dilakukan untuk membatasi aktivitas serta mendisiplinkan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan COVID-19 dalam lingkungan komunitas.

Keyakinan Jokowi mengenai efektivitas PSBM ini sendiri disampaikan oleh juru bicara presiden, Fadjroel Rachman. Ia menjelaskan jika Jokowi membahas mengenai PSBM saat bertemu dengan sejumlah pimpinan redaksi di Istana Kepresidenan Bogor pada Jumat (11/9) hari ini.

“Presiden menekankan, berdasarkan pengalaman empiris dan pendapat ahli sepanjang menangani pandemi COVID-19,” ujar Fadjroel seperti dilansir dari CNNIndonesia, Jumat (11/9). “Pembatasan Sosial Berskala Mikro/Komunitas lebih efektif menerapkan disiplin protokol kesehatan.”


Meski demikian, Fadjroel tidak menjelaskan lebih lanjut lagi mengenai maksud dari PSBM tersebut. Sebelumnya, istilah PSBM pertama dikenalkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil dinilai sukses dalam menerapkan PSBM di wilayah pemerintahannya. Kebijakan tersebut dinilai efektif dalam menekan laju penularan virus corona di Jabar.

Berbeda dengan keputusan yang diambil oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies diketahui baru saja menarik rem darurat dan kembali menerapkan PSBB total mulai 14 September mendatang.

Keputusan ini terpaksa diambil setelah kasus penyebaran virus corona di DKI semakin mengkhawatirkan. Situasi DKI Jakarta yang semakin gawat ini dibuktikan dengan lonjakan kasus yang tinggi setiap harinya.

Selain itu, Anies telah memproyeksi rumah sakit rujukan di Jakarta tidak akan sanggup bertahan hingga 17 September 2020. Pasalnya, lonjakan kasus corona diprediksi akan membuat daya tampung rumah sakit penuh sehingga tidak bisa menerima pasien lagi.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait