Hendak Ikut Demo Omnibus law, 2 Siswa SD Diciduk Polisi
Reuters
Nasional

Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan menangkap 2 bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar saat hendak mengikuti aksi demo menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja, Selasa (13/10) kemarin.

WowKeren - Dua bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar ditemukan saat akan mengikuti demo Omnibus Law UU Cipta Kerja pada Selasa (13/10) kemarin. Dua anak ini ditemukan dari 145 orang yang ditangkap Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan di kolong jembatan Semanggi.

Keduanya diketahui hendak mengikuti aksi demo 1310 yang diadakan kelompok Anak NKRI. "Hingga pukul 18.00 WIB didata ada 145 orang yang kita amankan, ada yang mahasiswa, pelajar SMA/SMK, SMP bahkan SD juga ada dua orang," kata Kepala Bagian Sumber Daya (Kabag Sumda) Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Chuswandari, Selasa (13/10).

Selain di Semanggi, petugas juga menangkap kelompok remaja yang hendak ikut demo ke Istana Merdeka di kawasan Atmajaya, kolong Tol Ciledug, Pesanggrahan, Lenteng Agung dan FX Sudirman. "Mereka semua ini tujuannya sama akan mengarah ke istana," ujarnya.

Seluruh massa yang ditangkap dibawa ke Mako Polres Metro Jakarta Selatan untuk didata dan dibuat berita acara serta pembinaan. Anak-anak tersebut kebanyakan berasal dari wilayah luar Jakarta seperti Bogor, Tangerang dan Bekasi.

Bagi yang berstatus pelajar diminta orang tuanya untuk datang menjemput sebagai efek jera agar tidak mengulangi perbuatannya. 145 orang tersebut dikumpulkan di halaman depan Polres Metro Jakarta Selatan, lalu dilakukan tes cepat deteksi dini COVID-19. "Hasil seluruhnya dinyatakan non reaktif, pungkasnya.


Fenomena para pelajar yang turut ikut dalam aksi demo menolak Omnibus Law lantas membuat Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) buka suara. Komisioner KPAI Jasra Putra mengatakan bahwa anak-anak tersebut bosan dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

"Saya menghampiri anak perempuan, ia mengaku sekolah di SMK Jatinegara," ujar Jasra, Selasa (13/10). "Ia datang ke lokasi diajak teman temannya dan ia mengaku mulai bosan pembelajaran jarak jauh (PJJ)."

Ia menjelaskan, latar belakang anak ikut demo banyak dari mereka yang kurang perlindungan keluarga, seperti karena putus sekolah, orang tua jarang pulang karena tempat kerja yang jauh dan PJJ yang belakangan cenderung hanya aktivitas pengajaran penugasan pekerjaan rumah.

Anak-anak tersebut ikut demo setelah diajak temannya di media sosial dan kondisi di rumah yang tidak nyaman. Pasalnya, mereka kerap nampak bergerombol dan tidak memperhatikan orasi yang disampaikan dari mobil komando.

Dengan kata lain, kedatangan mereka cenderung tak memperhatikan dengan aksi utama. Jika terjadi provokasi mereka rentan terjebak dalam kerusuhan, bahkan terlibat.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait