Marak Klaster COVID-19 Pesantren, Ternyata Ini 3 Pintu Masuknya
Reuters/Ahmad Ridwan Nasution
Nasional

Sejauh ini sudah ada 67 pesantren di bawah naungan RMI yang sudah terpapar virus corona. Sebagian besar pesantren belum siap menjalankan protokol pencegahan secara disiplin.

WowKeren - Salah satu klaster COVID-19 yang tak kalah menyumbang banyak kasus di sejumlah wilayah Indonesia adalah klaster pesantren. Rupanya, klaster pesantren di tempat ini didukung oleh adanya 3 "pintu masuk" virus.

Hal itu sebagaimana dikatakan oleh Ketua Satuan Koordinasi COVID-19 Rabithah Ma’ahid Islamiyyah (RMI) PBNU, Ulun Nuha. Pintu masuk yang pertama adalah, virus ditularkan dari santri yang baru tiba di pesantren. Untuk kasus ini, maka upaya yang perlu dilakukan adalah melakukan screening yang ketat.

Lalu pintu masuk yang kedua adalah warga pesantren yang beraktivitas di luar lingkungan pesantren. Untuk kasus yang ini, langkah antisipasi yang harus dilakukan adalah dengan pembatasan terkait aktivitas itu.

Namun memang ada kalanya warga pesantren terpaksa harus keluar. "Tetapi jika terpaksa ke luar pesantren, harus disiplin protokol kesehatan," kata dia seperti dilansir Republika, Rabu (28/10).


Lalu pintu yang ketiga adalah manakala ada orang dari luar yang masuk ke pesantren. Kita tidak tahu siapa yang sudah tertular sebab tak sedikit orang yang sudah terinfeksi COVID-19 namun tidak memperlihatkan gejala pada umumnya sehingga perlu diwaspadai.

Untuk itu, pesantren harus melakukan pembatasan dan membuat protokol kunjungan dengan untuk mencegah penularan. Selain itu protokol kesehatan juga harus diterapkan secara ketat. Mulai jaga jarak 2 meter, tanpa ada kontak fisik, pakai masker, dan tidak makan bersama.

Ia menjelaskan jika sejauh ini sudah ada 67 pesantren di bawah naungan RMI yang sudah terpapar virus corona. Ia juga mengakui jika sebagian besar pesantren belum siap menjalankan protokol pencegahan secara disiplin. Karena terbatasnya pengetahuan dan akses fasilitas kesehatan, ketika ada indikasi kasus, sebagian besar pesantren belum siap melakukan mitigasi.

"Sebagian besar juga belum pernah mendapatkan sosialisasi dalam bentuk apapun dari siapapun. Maka kita mulai nge-gas pelatihan di awal Agustus setiap hari," ungkapnya lagi. "Dan hari ini sudah lebih dari 760 pesantren yang kita latih, belum lagi pesantren yang menyaksikan lewat Youtube dan sebagainya."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait