Singgung Nama Sri Mulyani, Menkes Terawan Blak-Blakan Ungkap Alasan Tak Gratiskan Vaksin untuk Semua
Nasional

Anggota Komisi IX dari PKS Kurniasih Mufidayati menegaskan jika kondisi ekonomi rakyat cukup sulit di tengah pandemi. Terlebih ditambah dengan naiknya iuran BPJS

WowKeren - Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto dicecar Komisi IX DPR soal skema pemberian vaksin corona. Diketahui, pemerintah memang tidak menggratiskan vaksin untuk semua warga namun hanya kalangan tertentu.

Anggota Komisi IX dari PKS Kurniasih Mufidayati menegaskan jika kondisi ekonomi rakyat di tengah pandemi COVID-19 sudah sangat berat. Terlebih ditambah dengan naiknya iuran BPJS kesehatan per Januari mendatang.

"Saya menyampaikan peserta BPJS Kesehatan kasihan banget. Per Januari (iuran) naik meski rapat kemarin meminta adanya relaksasi," kata Kurniasih dalam rapat kerja, Kamis (10/12). "Tapi itu juga belum jelas. Ditambah ekonomi berat, suruh bayar (vaksin corona)."

Hingga kini, masih belum diketahui berapa harga pasti vaksin nantinya. terlebih lagi untuk mendapatkan kekebalan maka warga harus disuntik dua kali. Bagi kalangan masyarakat dengan ekonomi pas-pasan angka ini bisa jadi sangat mahal.


"Berapa harganya, belum tahu. Misal (harganya) Rp 100 ribu dikali 2 kali suntik, (total) Rp 200 ribu," lanjutnya. "Belum lagi satu rumah (harus divaksin). Kasihan."

Pemerintah menggratiskan vaksin untuk 30 persen penduduk. Sedangkan 70 persen sisanya harus merogoh kocek sendiri untuk mendapatkannya. Ternyata hal ini sudah berdasarkan penghitungan yang dilakukan.

"Waktu itu dasarnya adalah berapa orang yang mampu jumlahnya di Indonesia. Oleh Menkeu (Sri Mulyani) dijawab sekitar 78 juta (orang) untuk kira-kira mampu berbayar," kata Terawan. "Karena ini masih jumlah (warga yang berusia) 18-59 tahun."

Lalu pertimbangan lainnya adalah berdasarkan pertimbangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut WHO, patokan untuk membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity adalah 67 persen total populasi berusia 18-59 tahun. Jika dihitung maka ada sekitar 160 juta orang.

"Kita hitung 67 persen jumlah (penduduk Indonesia) usia 18-59 tahun, ketemu lah jumlah sekitar 160 juta (orang)," kata dia melanjutkan. "Kemudian 67 persennya (dari 160 juta) ketemu 107 juta. Itu adalah dasar satu pertimbangan jumlah yang mampu bayar."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru