Bank Dunia Sebut Harga Pangan RI Paling Mahal, Rakyat Miskin Tak Mampu Beli
pixabay.com
Nasional

Adapun harga pangan yang tinggi ini, disebabkan karena adanya pembatasan dalam perdagangan domestik maupun internasional hingga mahalnya biaya pemrosesan.

WowKeren - Bank Dunia dalam laporan terbarunya Indonesia Economic Prospects (IEP) mengingatkan pemerintah Indonesia terkait ketahanan pangan. Sudah menjadi rahasia umum jika pandemi COVID-19 telah menimbulkan seabrek persoalan, termasuk masalah pangan ini.

Dalam laporannya itu, Bank Dunia menyebut jika harga pangan di RI tergolong sebagai yang paling mahal di kawasan. "Harga pangan di Indonesia termasuk yang tertinggi di kawasan ini," kata Country Director World Bank untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen konferensi pers virtual, Kamis (17/12).

Adapun harga pangan yang tinggi ini, disebabkan karena adanya pembatasan dalam perdagangan domestik maupun internasional. Selain itu, tingginya biaya pemrosesan, distribusi, hingga pemasaran membuat harga pangan kian mahal. Tak hanya itu, Bank dunia juga menyoroti diversifikasi pola pangan.

"Dibandingkan negara lain di kawasan, pola makan Indonesia menunjukkan diversifikasi yang terbatas dan ketersediaan mikronutrien yang terbatas," jelas Kahkonen. "Misalnya, Indonesia menempati peringkat rendah dunia dalam hal konsumsi sayur dan buah per kapita."


Konsekuensi dari kondisi ini berdampak pada bidang kesehatan, kematian, dan sosial ekonomi yang cukup signifikan. "Anak-anak dan orang miskin secara tidak proporsional dipengaruhi oleh kondisi kesehatan terkait pola makan, seperti masalah stunting dan kelebihan berat badan," ujarnya.

Ketersediaan pangan di Indonesia, disebutnya cenderung berpusat di perkotaan. Yang mana saat ini, permintaan masyarakat perkotaan juga kian meningkat terkait makanan bergizi yang lebih beragam.

"Ada beberapa tantangan fundamental. Konsumsi pangan lebih dinikmati oleh daerah perkotaan," paparnya. "Dan sekarang daerah perkotaan sekarang meminta lebih banyak lagi makanan bergizi yang lebih beragam."

Namun, dibanding ketersediaan, Kahkonen mengatakan jika masalah sektor pangan di Indonesia lebih kepada persoalan keterjangkauan bagi kelompok tertentu. Masyarakat miskin dan rentan di Indonesia semakin tak mampu untuk membeli makanan pokok. "Sekarang bukan masalah ketersediaan tapi keterjangkauan, Jadi pasokan pangan ini lebih banyak dinikmati oleh yang mampu tapi tidak untuk kelompok miskin," terangnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru