Satgas COVID-19 Ungkap Cara Agar Herd Immunity Bisa Terbentuk di Indonesia
Nasional

Dengan terbentuknya kekebalan berkelompok atau herd immunity, maka populasi yang tidak menerima vaksin tetap bisa terlindungi dari virus corona (COVID-19).

WowKeren - Program vaksinasi virus corona (COVID-19) telah dimulai di Indonesia dengan harapan menciptakan kekebalan berkelompok atau herd immunity. Dengan terbentuknya herd immunity, populasi yang tak menerima vaksin tetap bisa terlindungi dari virus corona.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito lantas mengungkapkan sejumlah faktor agar Indonesia dapat mencapai herd immunity tersebut. "Faktornya adalah tingkat penularan penyakit, efektivitas vaksin, kecepatan dalam mencapai ambang batas cakupan yang divaksinasi, dan lama imunitas bertahan," jelas Wiku dalam konferensi pers pada Kamis (28/1) hari ini.

Selain itu, jumlah orang yang harus divaksinasi berada di rentang 60-70 persen dari total populasi. Pemerintah Indonesia sendiri diketahui telah menargetkan vaksinasi terhadap 181,5 juta dari total 270 juta penduduk.

"Namun, perlu diketahui, estimasi ini bisa bersifat dinamis karena akan sangat bergantung pada laju infeksi suatu penyakit," tegas Wiku. "Maka, sudah sangat jelas bahwa penentuan tercapainya kekebalan komunitas ada di tangan kita. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk memastikan keberhasilan kekebalan komunitas."


Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia meminta dua hal kepada masyarakat untuk melawan pandemi corona. Yang pertama adalah menaati protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), dan yang kedua adalah mengikuti program vaksinasi corona.

"Disiplin prokes adalah cara utama untuk mengurangi peluang peningkatan penularan maupun mutasi virus," pungkas Wiku. "Kedua, mendukung program vaksinasi dan ikut serta vaksinasi dengan pertimbangan kondisi kesehatan dan memenuhi kriteria peserta vaksin, dukungan masyarakat akan mempercepat cakupan masyarakat yang tervaksinasi."

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo menargetkan Indonesia dapat menyuntik 1 juta orang vaksin virus corona dalam sehari agar program vaksinasi dapat selesai dengan cepat. Namun, target Jokowi ini dikritik tak realistis oleh ahli epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman.

Dicky menjelaskan ada sejumlah masalah yang bisa menghambat vaksinasi virus corona. Masalah pertama terkait data penerima vaksin virus corona, pemerintah dinilai membutuhkan banyak waktu untuk mengumpulkan data penerima vaksin tersebut.

Masalah kedua adalah ketersediaan vaksin COVID-19 yang masih terbatas di Indonesia. Dicky mengingatkan Jokowi pengadaan vaksin agar sesuai dengan kebutuhan Indonesia membutuhkan proses yang lama.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru